Selasa, 30 Maret 2010

Sudahkah Anda Mengenalkan Allah Pada Anak?

Untuk anda orang tua yang beragama islam dan mempunyai anak atau anda seorang guru dengan anak didik yang beragam islam, sudahkah anda mengenalkan tuhannya kepadanya? Itu menjadi kewajiban kita untuk mengenalkan allah kepada anak-anak kita, seperti yang telah diajarkan nabi kita, saat anak kita lahir langsung kit perdengarkan adzan.

Rasulullah saw. pernah mengingatkan, untuk mengawali bayi-bayi kita dengan kalimat laa ilaaha illaLlah." Kalimat suci inilah yang kelak akan membekas pada otak dan hati mereka

Sekarang dengan perkembangan zaman yang semakin pesat tak jarang mengakibatkan kita sebagai orang tua atau guru kurang tepat dalam mengenalkan allah. Sebagai contoh saat anak kita berbuat nakal, kita akan cenderung mengucapkan, "Ayo jangan nakal, itu dosa nanti kita oleh Allah dimasukan neraka lo!"

Haruslah kita berusaha mengenalkan allah pada sesuatu yang positif, suatu yang menyenangkan, bukanlah suatu yang menakutkan seperti ucapan kita "nanti kita oleh Allah dimasukan ke neraka lo!". Karena dengan sering kita menyebut Allah dalam hal yang negatif akan cenderung membuat anak untuk lari. Usahakan untuk menyebutkan nama Allah pada suatu yang menyenangkan karena itu lebih dapat menumbuhkan kecintaan kepada Allah.

Mengawali Bayimu dengan Laa Ilaaha IllaLlah
Rasulullah saw. pernah mengingatkan, "Awalilah bayi-bayimu dengan kalimat laa ilaaha illaLlah." Kalimat suci inilah yang perlu kita kenalkan di awal kehidupan bayi-bayi kita, sehingga membekas pada otaknya dan menghidupkan cahaya hatinya. Apa yang didengar bayi di saat-saat awal kehidupannya akan berpengaruh pada perkembangan berikutnya, khususnya terhadap pesan-pesan yang disampaikan dengan cara yang mengesankan.

Apabila anak sudah mulai besar dan dapat menirukan apa yang kita ucapkan, Rasulullah saw. memberikan contoh bagaimana mengajarkan untaian kalimat yang sangat berharga untuk keimanan anak di masa mendatang. Kepada Ibnu ‘Abbas yang ketika itu masih kecil, Rasulullah saw. berpesan:
"Wahai anakku, sesungguhnya aku akan mengajarkanmu beberapa kata ini sebagai nasehat buatmu. Jagalah hak-hak Allah, niscaya Allah pasti akan menjagamu. Jagalah dirimu dari berbuat dosa terhadap Allah, niscaya Allah akan berada di hadapanmu. Apabila engkau menginginkan sesuatu, mintalah kepada Allah. Dan apabila engkau menginginkan pertolongan, mintalah pertolongan pada Allah. Ketahuilah bahwa apabila seluruh ummat manusia berkumpul untuk memberi manfaat padamu, mereka tidak akan mampu melakukannya kecuali apa yang telah dituliskan oleh Allah di dalam takdirmu itu.Juga sebaliknya, apabila mereka berkumpul untuk mencelakai dirimu, niscaya mereka tidak akan mampu mencelakaimu sedikit pun kecuali atas kehendak Allah. Pena telah diangkat dan lembaran takdir telah kering." (HR. At-Tirmidzi).

Mengenalkan Sifat Allah Yang Pertama Kali Diperkenalkan
Sifat Allah yang pertama kali dikenalkan oleh-Nya kepada kita adalah al-Khaliq dan al-Karim, sebagaimana firman-Nya, "Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." (QS. Al-‘Alaq: 1-5).

Ada 3 hal yang setidaknya dapat kita berikan kepada anak yang mulai bisa diajak bicara.
Pertama, memperkenalkan Allah kepada anak melalui sifat-Nya yang pertama kali dikenalkan, yakni al-Khaliq (Maha Pencipta).
Kedua, kita ajak anak untuk mengenali dirinya dan mensyukuri nikmat yang melekat pada anggota badannya.
Ketiga, memberi sentuhan kepada anak tentang sifat kedua yang pertama kali diperkenalkan oleh Allah kepada kita, yakni al-Karim. Di dalam sifat ini berhimpun dua keagungan, yakni kemuliaan dan kepemurahan. Read more "Sudahkah Anda Mengenalkan Allah Pada Anak?..."

8 Macam Inteligensi (Kecerdasan) Menurut Gardner

Gardner mendefinisikan intelgensi sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata (1983;1993). Dalam pengertian di atas sangat jelas bahwa inteligensi bukan hanya kemampuan seseorang untuk menjawab suatu tes IQ dalam kamar tertutup yang lepas dari lingkungannya. Inteligensi memuat kemampuan untuk memecahkan persoalan yang nyata dalam situasi yang bermacam-macam. Tekanan pada persoalan nyata ini sangat penting bagi Gardner karena seseorang baru sungguh berinteligensi tinggi bila dia dapat menyelesaikan persoalan dalam hidup yang nyata, bukan hanya dalam teori. Semakin tinggi inteligensinya bila ia dapat memecahkan persoalan dalam hidup nyata dan situasi yang bermacam-macam, situasi hidup yang sungguh kompleks. Maka, untuk mengerti inteligensi seseorang yang menonjol perlu dilihat bagaimana orang itu menghadapi persoalan nyata dalam hidup, bukan hanya dengan tes di atas meja. Inilah perbedaannya dengan pengukuran IQ seseorang, IQ diukur dengan tes di atas meja.

Kriteria Suatu Inteligensi
Bagi Gardner, suatu kemampuan disebut inteligensi bila menunjukkan suatu kemahiran dan ketrampilan seseorang untuk memecahkan persoalan dan kesulitan yang ditemukan dalam hidupnya. Selanjutnya, dapat juga menciptakan suatu produk baru, dan bahkan dapat menciptakan persoalan berikutnya yang memungkinkan pengembangan kemampuan baru. Jadi, dalam kemampuan itu ada unsur pengetahuan dan keahlian. Kepampuan itu sungguh mempunyai dampak, yaitu dapat memecahkan persoalan yang dialami dalam kehidupan nyata. Namun, tidak berhenti disitu, pengetahuan juga dapat menciptakan persoalan-persoalan lebih lanjut berdasarkan persoalan yang dipecahkan, untuk mengembangkan pengetahuan yang lebih maju dan canggih. Gardner menambahkan bahwa pemecahan persoalan itu terjadi dalam konteks budaya tertentu. Dengan demikian, dapat terjadi cara pemecahan suatu masalah menjadi berbeda-beda karena perbedaan budaya.

Secara umum Gardner memberikan syarat kemampuan yang dapat dipertimbangkan sebagai inteligensi dalam teori inteligensi gandanya, yaitu bersifat universal. Kemampuan itu harus berlaku bagi banyak orang, bukan hanya untuk beberapa orang. Maka, kemampuan makan dan minum banyak tidak dianggap sebagai inteligensi.
Kedua, kemampuan itu dasarnya adalah unsur biologis, yaitu karena otak seseorang, bukan sesuatu yang terjadi karena latihan atau training. Kemampuan itu sudah ada sejak orang lahir, meski dalam pendidikan dapat dikembanngkan.

Inteligensi Linguistik.
Gardner menjelaskan inteligensi linguistik sebagai kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata-kata secara efektif baik secara oral maupun tertulis seperti dimiliki para pencipta puisi, editor, jurnalis, dramawan, sastrawan, pemain sandiwara, maupun orator. Kemampuan ini berkaitan dengan penggunaan dan pengembangan bahasa secara umum. Orang yang berinteligensi linguistik tinggi akan berbahasa lancar, baik dan lengkap. Ia mudah untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, mudah belajar beberapa bahasa. Orang tersebut dengan mudah mengerti urutan dan arti kata-kata dalam belajar bahasa. Mereka mudah untuk menjelaskan, mengajarkan, menceritakan pemikirannya kepada orang lain. Mereka lancar dalam berdebat.
Kegiatan atau usaha yang sangat cocok bagi orang yang mempunyai inteligensi linguistik tinggi adalah sebagai penulis puisi, novel, cerita, berita dan sejarah. Pekerjaan sebagai wartawan, jurnalis, editor, kritikus sastra, ahli sastra, cocok juga bagi inteligensi ini.
Orang yang inteligensi linguistiknya tidak tinggi, tetap dapat belajar bahasa dan menggunakan bahasa tersebut. Namun, hasilnya akan kurang lancar.

1. Inteligensi Matematis-logis
Menurut Gardner, inteligensi matematis-logis adalah kemampuan yang lebih berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika secara efektif, seperti dipunyai seorang matematikus, saintis, programmer, dan logikus. Termasuk dalam inteligensi adalah kepekaan pada pola logika, abstraksi, kategorisasi, dan perhitungan. Orang yang mempunyai inteligensi matematis-logis sangat mudah membuat klasifikasi dan kategorisasi dalam pemikiran serta cara mereka bekerja. Dalam menghadapi banyak persoalan, dia akan mencoba mengelompokkannya sehingga mudah dilihat mana yang pokok dan yang tidak, mana yang berkaitan antara satu dan yang lain, serta mana yang merupakan persoalan lepas. Mereka juga dengan mudah membuat abstraksi dari suatu persoalan yang luas dan bermacam-macam sehingga dapat melihat inti persoalan yang dihadapi dengan jelas. Mereka suka dengan simbolisasi, termasuk simbolisasi matematis. Pemikiran orang berinteligensi matematis-logis adalah induktif dan deduktif. Jalan pemikirannya bernalar dan dengan mudah mengembangkan pola sebab akibat. Bila mengahadapi persoalan, ia akan lebih dahulu menganalisisinya secara sistematis, baru kemudian mengambil langkah untuk memecahkannya. Biasanya orang yang menonjol dalam inteligensi ini dapat menjadi organisator yang baik.

Orang yang kuat dalam inteligensi matematis-logis secara menonjol dapat melakukan tugas memikirkan sistem-sistem yang abstrak, seperti matematika dan filsafat. Kebanyakan para filsuf dan ahli matematika memang sangat kuat inteligensi matematis-logisnya. Orang yang berinteligensi matematis-logis mudah belajar berhitung, kalkulus dan bermain dengan angka. Bahkan, ia dengan senang menggeluti simbol angka dalam buku matematika daripada kalimat yang panjang-panjang. Pemikiran orang ini adalah ilmiah, berurutan. Silogismenya kuat sehingga mudah dimengerti dan mudah mempelajari persoalan analitis.

Mereka juga cocok untuk menjelaskan kenyataan fisis seperti yang terjadi dengan sains. Dengan kekuatan pada pemikiran induktif, mereka dapat dengan mudah melihat dan mengumpulkan gejala-gejala fisis, kemudian merangkumkannya dalam suatu kesimpulan ilmiah. Maka, mereka dapat menemukan suatu hukum ataupun teoridari gejala-gejala fisis yang diteliti. Itulah yang dilakukan oleh para saintis. Mereka juga dapat dengan baik melakukan tugas sehari-hari yang berkaitan dengan negosiasi seperti jual beli, berdagang, membuat strategi memecahkan persoalan, merencanakan suatu proyek, dan sebagainya. Tokoh-tokoh yang menonjol dalam inteligensi matematis-logis misalnya Einsten (ahli fisika), John Dewey (ahli pendidikan), Bertrand Russell (filsuf), Stephen Hawking (ahli fisika), Habibi (mantan presiden Indonesia ahli pesawat terbang).

2. Inteligensi Ruang Visual
Menurut Gardner, inteligensi ruang (spatial intelligence) atau kadang disebut inteligensi ruang-visual adalah kemampuan untuk menangkap dunia ruang-visual secara tepat, seperti dipunyai para pemburu, arsitek, navigator, dan dekorator. Termasuk di dalamnya adalah kemampuan untuk mengenal bentuk dan benda secara tepat, melakukan perubahan suatu benda dalam pikirannya dan mengenali perubahan itu, menggambarkan suatu hal/ benda dalam pikiran dan mengubahnya dalam bentuk nyata, serta mengungkap dan data dalam bentuk grafik, juga kepekaan terhadap keseimbangan, relasi, warna, garis, bentuk dan ruang.

Orang yang berinteligensi ruang baik dengan mudah membayangkan benda dalam ruang berdimensi tiga, mereka mudah mengenal relasi benda-benda dalam ruang secara tepat. Meski melihat dari jauh, ia dapat memperkirakan letak benda itu. Itulah yang banyak dipunyai oleh para navigator di tengah lautan yang luas.

Orang yang memiliki inteligensi ruang-visual tinggi punya persepsi yang tepat tentang suatu benda dengan ruang di sekitarnya, ia dapat memandang dari segala sudut. Maka, ia dapat menggambarkan kedudukan ruang dengan baik seperti para arsitek.
Orang yang kuat dalam inteligensi ruang-visual dapat dengan baik melakukan pekerjaan seperti manggambar, melukis, memahat, menghargai hasil seni, membuat peta dan membaca peta, menemukan jalan dan lingkungan baru, mengerti dimensi tiga, bermain catur ataupun permainan yang membutuhkan kemampuan mengingat bentuk dan ruang. Beberapa tokoh berikut dapat dimasukan dalam kelompok berinteligensi ruang-visual tinggi, seperti Pablo Picassa (pelukis), Affandi (pelukis di Yogyakarta), Sidharta (pemahat), dan Michaelangelo (pelukis).

3. Inteligensi Kinestik-Badani
Inteligensi kinestik-badani, menurut Gardner, adalah kemampuan menggunakan tubuh atau gerak tubuk untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan seperti ada pada aktor, atlet, penari, pemahat, dan ahli bedah.

Orang yang mempunyai inteligensi kinestik-badani dengan mudah dapat mengungkapkan diri dengan gerak tubuh mereka. Apa yang mereka pikirkan dan rasakan dengan mudah diekspresikan dengan gerak tubuh, dengan tarian dan ekspresi tubuh. Mereka juga dengan mudah dapat memainkan mimik, drama dan peran. Mereka dengan mudah dan cepat melakukan gerak tubuh dalam olahraga dengan segala macam variasinya. Yang sangat menonjol dalam diri mereka adalah koordinasi dan fleksibilitas tubuh yang begitu besar.

Orang yang kuat dalam inteligensi kinestik-badani juga sangat baik dalam menjalankan operasi bila ia seorang dokter bedah. Beberapa tokoh berikut sering dimasukan dalam mereka yang berinteligensi kinestik-badani tinggi, yaitu Martha Graham (penari balet), Charlie Chaplin (pemain pantomim yang ulung), Dustin Hoffman (aktor film), Marcel Marceau (pemain pantomim), Kristi Yamaguchi (penari balet di atas salju), Martina Navratilova (pemain tenis).

4. Inteligensi Musikal
Dalam hidup ini memang ada orang-orang tertentu yang sungguh menonjol bakat dan kemampuannya dalam hal musik. Kita banyak mengenal para komponis musik, seperti Bach, Mozart, Beethoven yang memang sungguh jenius dalam hal musik. Di Indonesia kita juga mengenal banyak komponis musik baik klasik, rock ataupun pop. Mereka sangat mudah mengekspresikan diri dan gagasan lewat musik dan lagu. Meurut Gardner mereka memiliki inteligensi musical yang menonjol.

Gardner menjelaskan inteligensi musikal sebagai kemampuan untuk mengembangkan, mengekspresikan, dan menikamati bentuk-bentuk musik dan suara. Di dalamnya termasuk kepekaan akan ritme, melodi dan intonasi: kemampuan memainkan alat musik, kemampuan menyanyi, kemampuan untuk mencipta lagu, kemampuan untuk menikmati lagu, musik dan nyanyian.

Orang yang kuat dalam inteligensi musikal biasanya cocok untuk mengerjakan tugas sebagai komposer musik, menginterpretasikan musik, memainkan, dan memimpin pentas musik. Dan jelas mereka juga akan akan sangat senang menjadi pendengar yang baik untuk berbagai bentuk musik.

5. Intelegensi Interpersonal
Inteligensi interpersonal adalah kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, temperamen orang lain. Kepekaan akan ekspresi wajah, suara, isyarat dari orang lain juga termasuk dalam inteligensi ini. Secara umum inteligensi interpersonal berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menjalin relasi dan komunikasi dengan berbagai orang. Inteligensi ini banyak dipunyai oleh para komunikator, fasilitator, dan penggerak massa.

Siswa yang mempunyai inteligensi interpersonal tinggi mudah bergaul dan berteman. Meskipun sebagai orang baru dalam suatu kelas atau sekolah, ia dengan cepat dapat masuk ke dalam kelompok. Ia mudah berkomunikasi dan mengumpulkan teman lain. Bila dilepas seorang diri, ia akan dengan cepat mencari teman. Dalam konteks belajar, ia lebih suka belajar bersama orang lain, lebih suka mengadakan studi kelompok. Siswa ini kadang mudah berempati dengan teman yang sakit atau sedang punya masalah dan kadang mudah untuk ikut membantu. Dalam suatu kelas, bila guru memberikan pekerjaan atau tugas secara bebas, siswa-siswa yang mempunyai inteligensi interpersonal akan dengan cepat berdiri dan mencari teman yang mau diajak kerja sama.

6. Intelegensi Intrapersonal
Inteligensi personal adalah kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak secara adaptif berdasarkan pengenalan diri itu. Termasuk dalam inteligensi ini adalah kemampuan berefleksi dan keseimbangan diri. Orang ini punya kesadaran tingi akan gagasan-gagasannya, dan mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan pribadi. Ia sadar akan tujuan hidupnya. Ia dapat mengatur perasaan dan emosinya sehingga kelihatan sangat tenang.

Siswa yang menonjol dalam inteligensinya intrapersonal sering kelihatan pendiam, lebih suka bermenung di kelas. Bila ada waktu istirahat, kalau ada teman-teman lain bermain, ia kadang lebih suka sendirian berefleksi atau berfikir. Ia lebih suka bekerja sendiri. Bila guru memberikan tugas bebas, siswa ini kadang diam lama merenungkan tugas itu sebelum mengerjakan sendiri. Ia tidak tertarik bahwa teman-temannya mengerjakan tugas itu berkelompok. Guru yang tidak tahu sering memarahi siswa ini karena sepertinya ia tidak mendengarkan dan hanya melamun. Padahal ia sebenarnya sedang berfikir dalam.

7. Inteligensi Lingkungan
Gardner menjelaskan inteligensi lingkungan sebagai kemampuan seseorang untuk dapat mengerti flora dan fauna dengan baik, dapat membuat distingsi konsekuensi lain dalam alam natural; kemampuan untuk memahami dan menikmati alam; dan menggunakan kemampuannya secara produktif dalam berburu, bertani, dan mengembangkan pengetahuan akan alam. Dalam pembicaraan dengan Durie, Gardner menjelaskan bahwa inteligensi lingkungan adalah kemampuan manusiawi untuk mengenal tanaman, binatang dan bagian-bagian lain dari lingkungan alam seperti awan atau batu-batuan.

Siswa yang mempunyai inteligensi lingkungan tinggi kiranya dapat dilihat pada kemampuannya mengenal, mengklasifikasikan, dan menggolongkan tanaman-tanaman, binatang serta alam mini yang ada di sekolah. Namun, menurut Gardner, kemampuan itu tetap dapat dikembangkan, yaitu dengan mengembangkan daya kategorisasi anak. Misalnya, dengan diberi macam-macam barang berbagai bentuk dan warna, anak diajak untuk dapat melakukan penggolongan yang sistematis.

Siswa yang berinteligensi lingkungan tinggi akan senang bila bicara di luar sekolah, seperti berkemah bersama di pegunungan, karena ia dapat menikmati keindahan alam. Siswa ini juga akan mudah mempelajari biologi dan akan semakin lancar bila ia juga punya inteligensi matematis-logis.

8. Inteligensi Eksistensial
Gardner menyatakan, inteligensi eksistensial. Inteligensi ini lebih menyangkut kepekaan dan kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam eksistensi atau keberadaan manusia. Orang tidak puas hanya menerima keadaannya, keberadaanya secara otomatis, tetapi mencoba menyadarinya dan mencari jawaban yang terdalam. Pertanyaan itu antara lain: mengapa aku ada, mengapa aku mati, apa makna dari hidup ini, bagaimana kita sampai ke tujuan hidup. Inteligensi ini tampaknya sangat berkembang pada banyak filsuf, terlebih filsuf eksistensialis yang selalu mempertanyakan dan mencoba menjawab persoalan eksistensi hidup manusia. Filsuf-filsuf seperti Sokrates, Plato, Thomas Aquinas, Descrates, Kant, Sastre, Neitzsche termasuk mempunyai inteligensi eksistensi tinggi.

Anak yang menonjol dengan intelegensi eksistensial akan mempersoalkan keberadaannya ditengah alam raya yang besar ini. Mengapa kita ada disini? Apa peran kita dalam dunia yang besar ini? Mengapa aku ada disekolah, ditengah teman-teman, untuk apa ini semua? Anak yang menonjol disini sering kali mengajukan pertanyaan yang jarang dipikirkan orang termasuk gurunya sendiri. Misalnya tiba-tiba ia bertanya, ”apa manusia semua akan mati? Kalau semua akan mati, untuk apa aku hidup?”. Read more "8 Macam Inteligensi (Kecerdasan) Menurut Gardner..."

PEMBELAJARAN TERPADU MODEL CONNECTED (TERHUBUNG)

Prabowo (2000:3) mengatakan bahwa pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa ciri yaitu : (1) berpusat pada siswa (student centered), (2) proses pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman langsung, serta (3) pemisahan antar bidang studi tidak terlihat jelas. Dari beberapa ciri pembelajaran terpadu di atas, menunjukkan bahwa model pembelajaran terpadu adalah sejalan dengan beberapa aliran pendidikan modern yaitu termasuk dalam aliran pendidikan progresivisme. Aliran pendidikan progresivisme memandang pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan di sekolah berpusat pada anak (child-centered), sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang masih berpusat pada guru dan pada bahan ajar. Tujuan utama sekolah adalah untuk meningkatkan kecerdasan praktis, serta untuk membuat anak lebih efektif dalam memecahkan berbagai problem yang disajikan dalam konteks pengalaman (experience) pada umumnya (William F. O'neill, 1981).

Tujuan pendidikan aliran progresivisme adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan seharusnya dapat mengembangkan sepenuhnya bakat dan minat setiap anak. Kurikulum pendidikan progresif adalah kurikulum yang mengakomodasi pengalaman-pengalaman (atau kegiatan) belajar yang diminati oleh setiap siswa (experience curriculum). Sedangkan metode pendidikan progresif lebih berupa penyediaan lingkungan dan fasilitas yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar secara bebas pada setiap anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya (Mudyaharjo, 2001).

Adapun model-model pembelajaran terpadu sebagaimana yang dikemukakan oleh Fogarty, R (1991 : 61– 65) yaitu sebanyak sepuluh model pembelajaran terpadu. Kesepuluh model pembelajaran terpadu tersebut adalah :
1) the fragmented model ( Model Fragmen )
2) the connected model ( Model Terhubung )
3) the nested model ( Model Tersarang )
4) the sequenced model ( Model Terurut )
5) the shared model ( Model Terbagi )
6) the webbed model ( Model Jaring Laba-Laba )
7) the threaded model ( Model Pasang Benang )
8) the integrated model ( Model Integrasi )
9) the immersed model ( Model Terbenam ), dan
10) the networked model ( Model Jaringan )

Dari kesepuluh model pembelajaran terpadu di atas dipilih tiga model pembelajaran yang dipandang layak dan sesuai untuk dapat dikembangkan dan mudah dilaksanakan di pendidikan dasar (Prabowo, 2000:7). Ketiga model pembelajaran terpadu yang dimaksud adalah model terhubung (connected), model jaring laba-laba (webbed), model keterpaduan (integrated ).

Berdasarkan karakteristik yang dimiliki oleh masing-masing model pembelajaran tersebut, maka model pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model terhubung (the connected model), karena model terhubung ini penekanannya terletak pada perlu adanya integrasi inter bidang studi itu sendiri. Selain itu, Model terhubung ini juga secara nyata menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, satu topik dengan topik lain, satu keterampilan dengan keterampilan lain, tugas yang dilakukan dalam satu hari dengan tugas yang dilakukan pada hari berikutnya, serta ide-ide yang dipelajari pada satu semester dengan semester berikutnya. Pemanfaatan penerapan model terhubung (connected) ini sangat relevan dengan konsep Cahaya (dalam fisika) dan konsep Sistem Indera pada manusia (dalam biologi), agar dapat terwujud pemampatan/ pengurangan waktu dalam pembelajaran pada konsep-konsep tersebut (Reduce Instructional Time). Hal ini terkait dengan upaya menghindari terjadinya penjejalan kurikulum dalam proses pembelajaran, sebagai akibat dari mengejar target kurikulum.

Beberapa kelebihan dari model terhubung (connected) adalah sebagai berikut : (1) dampak positif dari mengaitkan ide-ide dalam satu bidang studi adalah siswa memperoleh gambaran yang luas sebagaimana suatu bidang studi yang terfokus pada suatu aspek tertentu. (2) siswa dapat mengembangkan konsep-konsep kunci secara terus menerus, sehingga terjadilah proses internalisasi. (3) menghubungkan ide-ide dalam suatu bidang studi sangat memungkinkan bagi siswa untuk mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki, serta mengasimilasi ide-ide secara terus menerus sehingga memudahkan untuk terjadinya proses transfer ide-ide dalam memecahkan masalah.

Di samping mempunyai kelebihan, model terhubung ini juga mempunyai kekurangan sebagai berikut : (1) masih kelihatan terpisahnya antar bidang studi, (2) tidak mendorong guru untuk bekerja secara tim, sehingga isi dari pelajaran tetap saja terfokus tanpa merentangkan konsep-konsep serta ide-ide antar bidang studi, dan (3) dalam memadukan ide-ide dalam satu bidang studi, maka usaha untuk mengembangkan keterhubungan antar bidang studi menjadi terabaikan.

Sintaks (pola urutan) dari model pembelajaran terpadu tipe connected (terhubung) menurut Prabowo (2000:11 – 14) sebagai berikut :
1. Tahap Perencanaan :
1.1. menentukan tujuan pembelajaran umum
1.2. menentukan tujuan pembelajaran khusus
2. Langkah-langkah yang ditempuh oleh guru :
2.1. menyampaikan konsep pendukung yang harus dikuasai siswa.
(materi prasyarat)
2.2. menyampaikan konsep-konsep yang hendak dikuasai oleh siswa
2.3. menyampaikan keterampilan proses yang dapat dikembangkan
2.4. menyampaikan alat dan bahan yang akan digunakan / dibutuhkan
2.5. menyampaikan pertanyaan kunci
3. Tahap Pelaksanaan, meliputi :
3.1. pengelolaan kelas; dengan membagi kelas kedalam beberapa kelompok
3.2. kegiatan proses
3.3. kegiatan pencatatan data
3.4. diskusi secara klasikal
4. Evaluasi, meliputi :
4.1. evaluasi proses , berupa :
- ketepatan hasil pengamatan
- ketepatan dalam penyusunan alat dan bahan
- ketepatan siswa saat menganalisis data
4.2. evaluasi produk :
- penguasaan siswa terhadap konsep-konsep / materi sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus yang telah ditetapkan.
4.3. evaluasi psikomotor :
- kemampuan penguasaan siswa terhadap penggunaan alat ukur. Read more "PEMBELAJARAN TERPADU MODEL CONNECTED (TERHUBUNG)..."

makalah ips

MEDIA DAN STRATEGI PEMBELAJARAN IPS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mengajar bertujuan supaya siswa dapat belajar sebaik-baiknya. Apabila sarana pengajaran telah mencapai tingkatan sedemikian lengkap maka para siswa akan dapat belajar dengan lebih mandiri. Mereka akan belajar dengan media yang sudah tersedia. Bantuan ini dimaksudkan agar siswa belajar dengan hasil yang lebih optimal.
Media sebagai alat bantu pengajaran mempunyai kedudukan penting dalam pembelajaran. Guru harus terampil memilih dan menggunakan media pembelajaran. Seperti yang kita ketahui media pembelajaran banyak ragamnya. Guru harus mengenal media pembelajaran agar dapat memilihnya dengan tepat.
Selain media pembelajaran, metode pembelajaran juga perlu diperhatikan. Metode adalah cara yang dianggap efisien yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan suatu mata pelajaran tertentu kepada siswa-siswa agar tujuan ya ng telah dirumuskan sebelumnya dalam proses kegitan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif.
Setiap mata pelajaran mempunyai metode tertentu sesuai kekhususan mata pelajarannya. Oleh sebab itu, guru hendaknya dapat menentukan metode apa yang paling efisien bagi mata pelajarannya. Akan tetapi tidak ada metode yang dianggap paling sempurna. Karena itu dalam kegiatan pembelajaran digunakan lebih dari satu metode.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kriteria pemilihan dan penentuan media pengajaran IPS?
2. Bagaimana pengembangan media pengajaran IPS?
3. Seperti apa penggunaan media pengajaran IPS?
4. Apa saja metode-metode pengajaran IPS?
5. Apa saja alat dan sumber belajar IPS?
6. Seperti apa penggunaan perpustakaan dan laboratorium IPS?
7. Apa strategi pembelajaran IPS?
8. Bagaimana perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran IPS.

C. Tujuan
1. Dapat memilih dan menentukan media yang tepat.
2. Dapat membuat alat bantu pengajaran IPS.
3. Dapat menggunakan media pengajaran IPS.
4. Dapat mengetahui metode pengajaran IPS.
5. Dapat mengetahui apa saja alat dan sumber pengajaran IPS.
6. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan perpustakaan dan laboratorium IPS.
7. Untuk mengetahui strategi pengajaran IPS.
8. Untuk mengetahui perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran IPS.



BAB II
Media Pengajaran IPS

A. Kriteria dan Penentuan Media dalam Pengajaran IPS
Media merupakan saluran yang dilalui pesan dalam suatu peristiwa komunikasi. Dalam pembelajaran, media memegang peranan sebagai alat yang diharapkan dapat mendorong belajar lebih efektif. Mengajar tanpa media pembelajaran akan membuat peserta didik sulit untuk memahami materi pelajaran. Sebagai contoh guru menerangkan tentang jalur masuknya Islam ke nusantara, maka seorang guru memerlukan globe dan peta untuk pembelajarannya tersebut.
Sarana untuk membantu pengajaran terbagi menjadi dua golongan yaitu media komunikasi bahasa dan media komunikasi non-verbal. Yang termasuk media pembelajaran bahasa adalah bahasa lisan dan bahasa tulis. Sedangkan yang tergolong ke dalam non-verbal misalnya gambar, diagram dan sebagainya. Pembagian media pembelajaran menurut perkembangannya adalah sebagai berikut:
a. Media pengajaran yang bersifat umum dan tradisional misalnya papan tulis dan buku-buku.
b. Media yang sifatnya canggih yang biasanya di golongkan sebagai media audio visual. Akan tetapi ada yang bersifat visual saja, misalnya gambar, lukisan, diorama, foto, diagram dan lain sebagainya. Dan ada juga yang hanya bersifat audiotif saja misalnya radio dan tape recorder.
c. Media yang bersifat pembaruan, dengan melibatkan berbagai sarana permesinan yang memungkinkan siswa belajar mandiri. Misalnya penggabungan komputer dan televisi.
Masing masing media pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Dan hendaknya seorang pendidik memilih media yang mendorong pencapaian tujuan pengajaran.
Dalam belajar yang menjadi arah adalah pengembangan berpikir. Maka dari itu guru dituntut untuk memilih media pembelajaran yang dapat membangkitkan berpikir kritis para peserta didik. Cara memilih media pembelajaran yang tepat:
a. dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien
b. dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis
c. dapat melayani kebutuhan siswa yang berbeda-beda
d. tidak memilih media hanya dikarenakan media tersebut baru, canggih dan populer.
Berdasarkan indera yang paling dipacu, penggolongan media adalah sebagai berikut:
a. Media audio visual, dapat juga bersifat audio saja atau visual saja.
b. Media taktik, terutama melalui rabaan dan sejenisnya.
Berdasarkan bentuk pesan, penggolongan media adalah sebagai berikut:
a. Media verbal, menggunakan bahasa baik verbal maupun tulis.
b. Media non-verbal.

Alasan Penggunaan Media Pengajaran
Dalam hal ini Leonard, Fallon dan Von Arx(1972) menyampaikan beberapa hal yang penting tentang media. Pendapat mereka secara umum sebagai berikut:
a. media memungkinkan kita dapat mencapai peristiwa langka dan sukar dicapai, misalnya peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 yang tidak mungkin bisa disaksikan lagi. Namun, berkat media foto dan gambar kita merasa seolah-olah dalam masa tahun itu dan menyaksikan pidato proklamasi tersebut.
b. media dapat lebih memungkinkan pengamatan. Contohnya mengamati letak Mount Everest secara menyeluruh. Secara langsung kita akan kesulitan untuk mengamatinya, namun dengan media berupa peta dan globe maka kita dapat mengamati letak geografisnya dan ketinggiannya tanpa bersusah payah datang langsung ke lokasi.
c. media pembelajaran tidak terhalang oleh waktu dan tempat.

Jenis jenis Media.
Suatu masalah atau tujuan pembelajaran dapat ditangani dengan bantuan media ganda (the multimedia approach). Namun, seperti yang telah kita bahas media pembelajaran haruslah dapat mengefektifkan, mengefisienkan, memperkenalkan, dan memperluas cakrawala pandangan serta memperkaya khasanah pengajaran IPS.
Daftar media pengajaran.
1. Alat pengajaran
a. Papan tulis
b. Papan gambar
c. Mesin pengganda
2. Media cetak
a. Buku buku
b. Majalah
c. Surat kabar
3. Media visual
a. Slide dan transparans
b. Film strip
c. Model realita
d. Carta dan grafik
e. Gambar
f. Peta dan globe
4. Media audio
a. Pita suara
b. Piringan hitam
c. Kaset CD
d. MP3
5. Media audio visual
a. Radio
b. Film suara
c. Siaran televisi
d. Kit media ganda
6. Masyarakat sebagai sumber belajar
a. Sumber masyarakat
b. Kunjungan studi
c. Narasumber

B. Pengembangan Media Pengajaran IPS
Umumnya kita mempergunakan media yang sudah jadi, yang dibuat oleh perusahaan. Media seperti ini tentu dibuat dengan keahlian yang tinggi. Akan tetapi, banyak juga bahan yang dapat dikembangkan sendiri bersama siswa. Banyak keuntungan yang dapat diraih dalam mengembangkan alat-alat sendiri. Siswa akan terdorong untuk memeras tenaganya secara kreatif. Alat yang dihasilkan mungkin kurang indah atau canggih, tapi tidak mengapa karena yang menjadi pusat perhatian kita dalam pembelajaran adalah supaya siswa dapat belajar dengan sebaik-baiknya.
Kegiatan seperti ini selain menjadi persiapan kepada pemakaian media juga menjadi alat pendorong keaktifan dan pengalaman bermakna. Dan disini guru perlu mempersiapkan berbagai alat yang dapat dikerjakan. Pengembangan beberapa alat untuk sarana belajar dapat dilakukan sendiri atau bersama siswa. Akan tetapi pembuatannya akan terbatas pada beberapa alat yang tidak terlalu rumit.




C. Penggunaan Media Pengajaran IPS
1. Papan tulis
Saran dalam penggunaan papan tulis : a) rancang dengan baik isi dan pola bahan belajar yang akan ditulis, b) hindari menuliskan ikhtisar dan sajian yang panjang, c) usahakan agar papan tulis tidak terlalu penuh berjejal dengan tulisan, d) tulisan dan gambar harus cukup besar supaya dapat terilihat jelas dari belakang. Kita juga harus memikirkan letak papan tulis di kelas. Sebaiknya papan tulis diletakkan di depan kelas bagian tengah. Selain itu, sewaktu kita menghadap papan tulis sebaiknya tidak berbicara.
2. Papan pamer
Isi papan pamer seharusnya mendorong siswa untuk berdiskusi, penuh informasi yang menantang, dan dapat memperkaya bahan belajar IPS. Keterlibatan siswa sangat penting sekali dalam pembuatannya. Disamping itu, hal ini pun secara tidak langsung mendorong kreatifitas siswa.
3. Media pengganda
Tugas utama dari media pengganda adalah menunjang media pembelajaran lainnya supaya kegiatan belajar mengajar lebih bermakna. Yang digandakan adalah bahan belajar IPS yang tidak terdapat dalam buku pelajaran.
4. Buku-buku
Buku-buku yang ada perlu ditelaah terlebih dahulu, dengan rambu-rambu : a) sudah mendapat pengesahan dari Depdikbud; b) isi buku menunjang pencapaian tujuan pengajaran; c) isinya jelas dapat dipercaya kebenarannya, tepat, dan tidak ketinggalan zaman; d) tidak menyinggung masalah SARA; e) gayanya jelas, menarik, merangsang berpikir, dan sesuai dengan kemampuan siswa; f) ilustrasi, peta, gambar, foto tepat, jelas, menarik, dan memadai. Yang perlu diingat adalah bahwa bukan buku pelajaran yang menentukan batas pembahasan tetapi sekedar wahana untuk mendorong siswa belajar.
5. Majalah dan surat kabar
Majalah untuk anak sekarang sudah cukup banyak. Siswa sudah terbiasa membaca dan mempelajari majalah. Dalam isinya terdapat bahan yang dapat digunakan untuk memperkaya bahan belajar.
6. Slide dan transparan
Keduanya merupakan media yang dapat diproyeksikan sehingga seluruh kelas dapat menyaksikan. Bedanya, slide dibuat dengan pengambilan foto, sedang transparan dibuat dengan cara menulisi kertas transparan tersebut.
7. Filmstrip
Filmstrip mirip dengan slide, bedanya ialah slide merupakan lembaran film yang terpisah. Sedangkan filmstrip merupakan rangkaian film.
8. Model dan realia
Model adalah alat-alat yang sangat dekat (mirip sekali) dengan kenyataannya. Realia merupakan representasi dari sesuatu benda yang sebenarnya.
9. Carta dan grafik
Carta disini yang dimaksud adalah carta dalam arti sempit, yaitu carta alur. Susunan keluarga dapat digambarkan dalam carta. Berbagai gejala dalam masyarakat, seperti perpindahan atau banyak hasil pertanian, dapat digambarkan dalam grafik. Dengan menyajikan melalui grafik siswa dapat membandingkannya secara tepat. Dengan jalan itu siswa akan memperoleh gambaran ringkas tetapi tepat.
10. Gambar
Tujuan pengajaran menjadi acuan untuk memilih dan menggunakan gambar. Ukuran gambar juga harus diperhatikan agar memungkinkan untuk dilihat seluruh kelas. Supaya dapat mencapai hasil yang lebih baik judul dan penjelasan gambar perlu juga dipertimbangkan secara matang.
11. Peta dan globe
Peta merupakan gambaran permukaan bumi dalam bidang datar. Globe merupakan tiruan bola bumi. Karena peta dapat digambarkan lebih besar maka menurut skala tertentu peta akan dapat menggambarkan bentuk morfologi lebih tepat dari globe. Sedangkan untuk gambaran bumi secara keseluruhan globe lebih unggul.
12. Pita suara
Pita suara dapat digunakan untuk merekam suara khas ataupun penjelasan dari narasumber.
13. Radio
Supaya acara radio dapat memberikan manfaat yang optimal untuk pembelajaran maka pertimbangan berikut perlu terlebih dahulu diikuti dengan seksama: a) apakah acara siaran tersebut membantu para siswa mencapai tujuan pengajaran; b) apakah bahan belajar yang disajikan bersifat autentik, tepat dan jujur; c) apakah bahan belajar dan cara penyajiannya sesuai dengan kemampuan anak; d) apakah acara tersebut mendorong kegiatan tambahan atau memotivasi belajar lebih lanjut.
14. Siaran televisi
Beberapa acara televisi dapat dijadikan bahan pengajaran IPS. Hal ini dapat dilakukan dengan misalnya, menugasi siswa untuk mencatat apa yang diperoleh dalam siaran tertentu.
15. Sumber masyarakat
Sumber masyarakat memberi pengalaman langsung kepada para siswa dalam arti sebenarnya. Pengalaman yang didapat lebih nyata.
16. Kunjungan studi
Kunjungan atau wisata studi dapat memberi pengalaman yang mengesankan pada siswa. Hal ini jangan sampai hanya dianggap sebagai usaha untuk memberikan suasana santai atau selingan dalam belajar tapi untuk penelitian studi.
Sebelum melaksanakan kunjungan studi harus direncanakan terlebih dahulu persiapan mengenai perizinan, tujuan kunjungan, jadwal berangkat dan kembali, dan apa yang akan diamati dalam perjalanan para peserta. Sebaiknya bahan amatan itu lahir dalam diskusi kelas pada saat kita membahas suatu masalah yang pemecahannya memerlukan kunjungan studi.
Saat pelaksanaan peserta tidak boleh berkeliaran. Mereka perlu mendapat penjelasan tentang apa yang harus dikerjakan. Selama di tempat, peserta diminta untuk membuat catatan supaya hasil kunjungan studi memberi pengayaan kepada bahan telaah IPS di kelas hasilnya perlu didiskusikan.
Manfaat kunjungan studi antara lain : a) memberi pengalaman langsung yang sukar diperoleh dengan cara lain, b) mendorong perhatian lebih tinggi pada pokok yang dipelajari, c) hal ini dapat menjembatani antara studi di kelas dengan masyarakat yang menjadi sumber telaah, d) dapat memberikan kesempatan menerapkan pengetahuan dan mendapat informasi baru, e) memberi kesempatan berlatih dalam pengalaman sosial, f) dapat mendorong inisiatif, memperluas wawasan, dan menghargai beberapa situasi kehidupan.
17. Narasumber
Yang dapat menjadi narasumber adalah mereka yang mempunyai pengalaman luas atau pejabat khusus yang dapat memberikan informasi yang autentik. Dalam pelaksanaannya diperlukan persiapan yang matang. Narasumber yang diundang harus cocok dengan bahan belajar yang akan dibahas.



STRATEGI PEMBELAJARAN IPS
A. Metode-metode Pembelajaran IPS

Metode adalah cara yang dianggap efisien yang digunakan oleh guru menyampaikan suatu mata pelajaran tertentu kepada siswa agar tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya dalam proses kegiatan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif. Setiap mata pelajaran mempunyai metode tertentu sesuai dengan kekhususan mata pelajaran. Perlu diketahui bahwa tidak ada satu pun metode yang dianggap lebih sempurna dari pada yang lain, masing-masing metode mempunyai keunggulan dan kekurangan, sehingga dalam pembelajaran dapat menggunakan lebih dari satu metode. Sehubungan dengan pemilihan metode dalam pengajaran IPS, perlu diketahui tujuan pengajaran IPS menurut Edwin Fenton adalah: (1) pemerolehan pengetahuan, (2) pengembangan keterampilan inkuiri, (3) pengembangan sikap-sikap dan nilai.
Metode-metode pengajaran yang dapat dipilih oleh guru antara lain:
1. Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan metode yang umum dipakai. Di dalam bentuknya yang klasik, guru memberi ceramah sedangkan siswa hanya duduk mendengarkan dan mencatat lalu menghafalkannya. Dengan metode ceramah dapat menyampaikan pengetahuan faktual yang banyak dan generalisasi-generalisasi, namun kesemuanya ini tidak berarti banyak jika tidak ada gambaran kongkret dalam bentuk contoh dan peragaan (model, tiruan, gambar, dll)
2. Metode Diskusi
Jika metode ceramah dinilai belum cukup, maka setelah selesai berceramah dapat diikuti dengan diskusi antara guru dengan siswa atau siswa dengan siswa. Topik diskusi dapat berasal dari siswa yang kemudian dikembangkan oleh guru. Masalahnya, apakah siswa SD telah memiliki pembendaharaan pengetahuan faktual dan mengerti konsep-konsep atau generalisasi yang cukup untuk turut aktif dalam diskusi. Selain itu, jumlah siswa yang banyak dalam kelas menjadi masalah tersendiri untuk membuat semua siswa ikut bicara dalam diskusi dengan alokasi waktu pelajaran yang terbatas.
3. Metode Tanya Jawab
Metode ini berlangsung dalam interaksi antara guru dengan siswa setelah guru selesai berceramah. Siswa mengajukan pertanyaan dan guru menjawabnya atau dapat juga dijawab oleh siswa lain, dan sebaliknya guru yang bertanya dan siswa yang menjawab. Dalam setiap metode memungkinkan terjadinya tanya jawab, oleh sebab itu esensi dari pembelajaran terletak pada bertanya. Beberapa bentuk pertanyaan adalah sebagai berikut:
a. Pertanyaan mengingat/ hafalan; bertujuan untuk mengungkap apakah siswa telah memperoleh dan menguasai sejumlah informasi faktual yang diperlukan.
b. Pertanyaan deskriptif; meminta siswa untuk memberikan deskripsi lebih rinci fakta yang diketahui kemudian membandingkan (persamaan dan perbedaan) lalu menghimpun dan mengorganisasikannya, misalnya menurut persamaan ciri-ciri.
c. Pertanyaan menjelaskan; siswa tidak hanya mengingat dan mengorganisasi materi tetapi juga membuat kesimpulan, mencari sebab-akibat.
d. Pertanyaan sintesis; siswa diminta menghimpun, mengkombinasikan, menghubungkan atau menyambung bagian-bagian isi yang sebelumnya tidak berhubungan.
e. Pertanyaan memilih; siswa diminta untuk memilih diantara alternatif-alternatif, membuat pertimbangan atas dua atau lebih kemungkinan terbaik menurut kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.
f. Pertanyaan terbuka; siswa diminta untuk mencari dan menentukan jawaban yang dapat diterima, bukan jawaban yang paling betul dari pada yang lain.
4. Metode Proyek
Proyek di sini adalah semacam “penelitian” yang dilakukan di luar kelas/sekolah, dilaksanakan secara individu atau kelompok dan membuat laporan dari hasil pengamatan untuk dibawa dan dibicarakan di kelas.
5. Metode karya wisata
Siswa dibawa mengunjungi objek-objek pemukiman transmigran, situs sejarah, panti sosial, dan sebagainya. Selain rekreasi, siswa juga bisa belajar dari tempat yang mereka kunjungi (mencakup aspek kognitif dan afektif)
6. Metode Bermain Peran (Role-playing)
Di dalam metode ini melibatkan aspek kognitif (problem solfing) dan afektif (sikap, nilai-nilai pribadi atau orang lain, membandingkan dan mempertentangkan nilai-nilai, mengembangkan empati dan sebagainya). Termasuk di dalamnya adalah simulasi dan sosio-drama.


B. Alat dan Sumber Belajar IPS
Penyediaan alat dan sumber belajar yang cukup dapat menunjang pembelajaran IPS. Banyaknya materi dalam IPS tidak menjamin suatu pembelajaran yang baik, karena itu sumber pembelajaran harus digunakan secara terampil oleh guru yang inspiratif dan kreatif agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Alat dan sumber belajar IPS dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:
1. Materi bacaan (reading materials)
a. Buku teks (teks book). Penggunaan buku teks yang benar merupakan suatu bantuan yang bermanfaat bagi pembelajaran, pada taraf yang ideal ialah jika setiap lembar buku-buku itu memuat ilustrasi dan sebagian besar berwarna. Dalam memilih buku teks perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Kepengarangan (authorship); terjadi ketepatan ilmiahnya dan kesesuaian penggunaannya untuk siswa SD dalam arti minat (daya tarik) dan tingkat keterbatasan untuk setiap kelas atau dasar kurikulum.
2. Penggarapan isi; mengenai kedalaman konsep-konsep yang penting, bukan hanya deskripsi fakta yang sangat banyak atau berupa buku cerita saja.
3. Format dan penampilan umum; buku yang menarik untuk dibaca, ukuran buku yang pantas, jilidan (dinding) yang berkualitas, ukuran huruf yang tepat.
4. Organisasi; menjamin keharmonisan antara program kurikuler dengan program instruksional yang akan dilaksanakan dalam praktek.
5. Materi visual; menjamin keragaman, ilustrasi dalam jumlah cukup dan ukuran pantas.
6. Alat bantu (peraga) pembelajaran; menjamin integral dengan buku-buku teks sendiri, dan alat peraga sebagai media pengajaran harus benar-benar membantu guru.
b. Ensiklopedia. Memudahkan untuk segera mendapatkan informasi mengenai materi fakta dari berbagai topik yang diperlukan guru untuk mengajar atau siswa sendiri. Apabila ensiklopedia memuat ilustrasi yang menarik dan berwarna akan menarik perhatian dan minat belajar siswa.
c. Buku referensi lain. Selain buku teks dan ensiklopedia, diperlukan sejumlah buku bacaan tambahan berupa buku dengan topik khusus. Karya semacam ini dapat kita bagi atas: (1) tulisan informatif yang memberikan informasi khusus tentang topik IPS yang dipelajari, misalnya tentang kehidupan sosial budaya suku bangsa di Indonesia atau negara lain, alat transportasi dan komunikasi, kebudayaan Indonesia atau negara lain dan sebagainya; (2) biografi dari tokoh terkemuka Indonesia atau dunia; (3) sejarah lokal, nasional, maupun umum; (4) puisi atau karya sastra lainnya. Kesastraan dan materi sastra harus mendapat perhatian yang penting dalam pengajaran IPS di SD karena dapat memberikan aspek afektif (membentuk sikap dan nilai) pengalaman hidup manusia.
d. Materi-meteri gratis dan murah dalam bentuk poster kartu bergambar, map bergambar, buletin, buku saku, brosur atau lembaran objek pariwisata yang banyak terdapat di biro perjalanan atau agen penerbangan dan hotel-hotel dapat dipakai sebagai alat dan sumber pembelajaran IPS di SD.
2. Materi bukan bacaan (nonreading materials)
Materi bukan bacaan adalah alat bantu yang dimaksudkan untuk memberi arti dan memperkaya pembelajaran semua siswa, baik yang mampu membaca maupun yang masih sulit membaca. Peta, bagan, grafik adalah alat-alat yang sanggup memberikan informasi yang sulit dijelaskan dalam materi bacaan. Pengadaan karya wisata merupakan cara untuk memberikan pengalaman langsung kepada siswa mengenai beberapa aspek masalah yang sedang dipelajari. Penggunaan film, filmstrip, dan gambar-gambar memberikan kenyataan (realisme) dan kelengkapan kepada siswa akan suatu latar belakang yang sama.
a. Gambar, foto, ilustrasi; digunakan untuk mendapatkan gambaran yang nyata, menjelaskan ide, dan menunjukkan objek (benda) yang sebenarnya, sehingga dapat memberikan arti dengan tepat, hidup, dan cepat karena bagi siswa SD materi ini lebih konkret dari materi bacaan yang abstrak.
b. Film; memberikan siswa pengalaman belajar dan dapat menampilkan waktu berabad-abad dan tempat yang jauh, sehingga siswa dapat melihat tempat, orang, dan peristiwa.
c. Filmstrip; rangkaian film statis (tidak bergerak). Filmstrip umumnya sudah dalam urutan yang teratur, misalnya menggambarkan sejarah, pertumbuhan dan perkembangan suatu pemukiman, proses sebuah produksi, distribusi sampai konsumsi. Isi dari filmstrip dapat didiskusikan tanpa tergesa-gesa sambil dipertunjukkan dalam kelas dan dapat diundur atau dimajukan untuk melihat gambar yang dihendaki.
d. Slides dari fotografi; umumnya berwarna dan tidak dalam urutan yang tetap. Lebih mahal dan sulit pemeliharaannya dari filmstrip, jadi lebih baik menggunakan filmstrip.
e. Televisi; adalah kombinasi visual dan audio. Televisi di Indonesia sudah digunakan untuk pendidikan, tinggal memilih acara yang relevan dengan materi yang diajarkan.
f. Materi audio seperi radio dan recording; menjadi alat dan sumber pembelajaran IPS, seperti pidato asli para pemimpin negara dan tokoh masyarakat. Digunakan dalam ilmu sejarah misalnya.
g. Papan buletin/majalah dinding; dapat ditempatkan suatu unit display gambar-gambar peta buatan siswa, bagan-bagan dan sebagainya.
h. Sumber masyarakat; dalam masyarakat siswa dapat melihat langsung proses sosial yang berlangsung. Siswa diperkenalkan konsep geografi setempat, masalah kehidupan kelompok (sosiologi), proses dan mekanisme pemerintahan (civics, ilmu politik) aktivitas produksi dan distribusi (ekonomi), adat istiadat setempat (antropologi), dan lokasi warisan sejarah yang ada (sejarah). Dari masyarakat itu misalnya siswa dapat melihat bahwa orang-orang yang berbeda latar belakang suku, ras, agama, atau golongan dapat hidup secara harmonis sebagai bangsa Indonesia.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan guru dalam menggunakan sumber masyarakat setempat bagi pembelajaran IPS, yaitu:
1. Mengundang anggota atau tokoh setempat ke dalam kelas untuk berbicara dengan siswa mengenai suatu topik yang berhubungan dengan profesinya (pekerjaannya).
2. Mengunjungi langsung anggota atau tokoh masyarakat di tempat mereka tinggal atau bekerja. Untuk itu siswa perlu diberi penjelasan tentang tujuan kunjungan dan harus menyiapkan beberapa pertanyaan yang bisa diajukan (wawancara).

C. Perpustakaan dan Laboratorium IPS

1. Perpustakaan
Perpustakaan merupakan sarana yang penting dalam sekolah. Sebaiknya Sekolah Dasar memiliki perpustakaan khusus yang menyimpan materi dan sumber belajar yang diperlukan dalam pengoperasian kurikulum.
Perpustakaan merupakan sumber belajar bagi siswa maupun guru. Perpustakaan sekolah bertujuan untuk meningkatkan minat baca siswa. Sumber belajar yang terjadi diusahakan selengkap mungkin untuk setiap kelas dalam jumlah yang relatif cukup agar siswa-siswa tidak saling berebut. Buku-buku yang dipilih (IPS) hendaknya menarik dan bermutu, sehingga menarik siswa untuk membaca. Di sini guru kelas menetapkan buku-buku apa yang perlu ada untuk siswa-siswanya selain buku teks sebagai buku pegangan guru. Di perpustakaan sekolah, materi-materi cetak tersedia biasanya dibagi atas:
a. Buku Referensi: Ensiklopedia (dalam Bahasa Indonesia atau Inggris), Kamus (Bahasa Indonesia atau Inggris), Atlas (Indonesia dan Dunia).
Buku referensi ini digunakan oleh guru untuk persiapan mengajar atau oleh para siswa di bawah bimbingan guru. Ensiklopedia, misalnya, mempunyai gambaran yang menarik bagi siswa. Demikian juga Atlas, dapat dipakai siswa di bawah bimbingan guru.
b. Buku teks, merupakan bahan pengajaran guru untuk meningkatkan dan memperkaya pengetahuan. Guru-guru IPS harus mempunyai buku teks IPS sebagai pegangan.
c. Buku bacaan murid perlu disediakan dalam jumlah yang cukup agar siswa dapat menggunakannya tanpa berebutan. Tentu saja buku yang dimaksud disini adalah buku-buku yang relevan dengan mata pelajran IPS.
d. Majalah khusus untuk anak tingkat SD yang juga menyajikan tulisan-tulisan yang relevan dengan pengajaran IPS.

2. Laboratorium
Laboratorium IPS tentu saja berbeda dengan laboratorium IPA. Laboratorium atau “ruang IPS” bukan tempat untuk melakukan eksperimen seperti laboratorium IPA. Meskipun demikian dalam laboratorium IPS dapat dilakukan alat peraga dua atau tiga dimensi untuk pengajaran IPS.
Biasanya dalam laboratorium IPS disimpan atau disediakan berbagai alat peraga pengajaran dalam bentuk dua atau tiga dimensi (visual dan radio) seperti:
a. Gambar-gambar dinding (pakaian adat, alat rumah tangga dan setiap suku di Indonesia atau dunia).
b. Foto-foto peristiwa bersejarah atau tokoh sejarah (Indonesia atau Dunia).
c. Peta-peta sejarah, geografis (informasi fisik bumi, sumber-sumber alam, ekonomi, mineral), peta dinding (informasi batas politik antar negara).
d. Karya grafis (bentuk gambar grafik, bagan diagram) yang memuat informasi tentang penduduk (bangsa-bangsa atau kelompok etnis, ekonimi, sumber alam, agama, politik, sosial, sejarah (peristiwa ditempatkan dalam bagan atau poros bagan).
e. Karya kerajinan (craft work) dalam visual tiga dimensi berupa model patung tokoh sejarah dari tanah liat, peta timbul dan sebagainya. Dalam laboratorium IPS ini model-model dapat dibuat oleh mahasiswa sendiri di bawah bimbingan guru. Bahan-bahan yang digunakan tidak saja dari tanah liat (lempung), tetapi juga malam berwarna (lilin), plastisin (dari bahan plastik mirip tanah liat tetapi tetap lunak), paper mache (bubur kertas dari koran-koran bekas). Dari bahan-bahan tersebut dapat dibuat juga diorama atau model-model lain sesuai dengan kebutuhan pengajaran IPS yang dikehendaki.
f. Di laboratorium dapat disimpan dan digunakan juga peralatan elektronik audio seperti radio cassette, peralatan audio visual proyektor film, film layar lebar (screen). Casette dan film setiap waktu dapat diputar untuk didengar dan dilihat, misalnya, pidato-pidato bersejarah, lagu-lagu perjuangan atau lagu-lagu rakyat, film tentang peristiwa bersejarah atau film sejarah, film berita tentang kehidupan ekonomi, sosial, politik suatu masyarakat tertentu. Laboratorium IPS bukan gudang untuk menyimpan semua benda tersebut di atas. Seperti halnya dengan perpustakaan, laboratorium ini adalah salah satu sumber belajar bagi siswa dan oleh karena itu harus dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam perencanaan strategi dan proses pembelajaran IPS.

D. Strategi pembelajaran IPS
Pada dasarnya strategi pembelajaran dapat dibagi atas dua bagian besar:
1. untuk pengembangan berpikir (kognitif), dan
2. untuk pengembangan nilai (afektif)
Strategi pembelajaran merupakan kombinasi dari prosedur atau cara kerja khusus (seperti urutan-urutan pertanyaan yang dikembangkan dengan cermat), dikelompokkan dan diatur dalam suatu urutan yang jelas juga dapat digunakan dalam kelas untuk melaksanakan tujuan-tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran ini adalah cara kerja yang dapat melibatkan siswa dalam belajar.
Tujuan pendidikan IPS melibatkan strategi pengajaran/pembelajaran. Tujuan-tujuan ini menimbulkan beberapa pertanyaan penting:
1. Bagaimana guru dapat mengajar siswa, atau bagaimana siswa dapat belajar pengetahuan? (kognitif).
2. Bagaimana guru dapat mengajar siswa, atau bagaimana siswa belajar menggunakan proses inkuiri? (kognitif).
3. Bagaimana guru mengajar pengetahuan dan penggunaan proses inkuiri, atau bagaimana siswa belajar pengetahuan dan proses inkuiri, agar siswa dapat menginternalisasikan sikap-sikap behavioral (behavioral attitudes, misalnya mau mendengar atau menjawab pertanyaan) dan prosedural (procedural attitudes, misalnya lebih suka berpikir kritis daripada menerima atau percaya begitu saja pendapat orang lain) dan membenarkan sebuah nilai (value)?
Mengenai hubungan antara strategi pembelajaran dengan tujuan pendidikan dapat dilihat dalam garis continuum pengajaran seperti yang dicontohkan Edwin Fenton di bawah ini.


SUATU “CONTINUUUM” PENGAJARAN
(a teaching continuum)
Ceramah Diskusi terarah Diskoveri
(expository) (directed discussion) (discovery)

(semua menggunakan (pertanyaan-pertanyaan tanpa “cues”
“cues”= kunci/petunjuk) sebagai “cues”=kunci/petunjuk) =kunci/petunjuk)

Pada ujung kiri dari kutub “continuum” terdapat ceramah (expository). Guru sebagai pusat. Ia memberi ceramah tentang fakta, konsep atau generalisasi yang diharapkan untuk dipelajari dan dihapalkan oleh siswa. Proses berpikir dilakukan oleh guru, sedangkan siswa belajar proses berpikir (inkuiri) hanya jika mereka mampu mengalihkan (transfer) proses berpikir yang tersirat dalam ceramah guru ke dalam pekerjaan mereka. Guru menyiapkan semua “cues” (kunci/petunjuk) jawaban.
Jika guru pandai berbicara atau menarik minat siswa, metode ceramah ini tidak saja dapat meningkatkan pengetahuan siswa tetapi juga dapat membentuk sikap behavioral seperti keinginan mereka untuk mendengar, keinginan menjawab pertanyaan yang diajukan, atau membaca buku meskipun tidak diwajibkan. Masalahnya tidak semua guru mempunyai bakat semacam itu. Meskipun demikaian strategi ceramah dapat juag menyampaikan pengetahuan dan membentuk sikap behavioral tertentu pada siswa.
Sebaliknya, pada ujung kanan dari kutub “continuum”, terdapat model “discovery” (inkuiri). Dalam tipe ini, siswa sebagai pusat. Peranan guru hanya menyiapkan bagi siswa bahan stimulus dalam bentuk kata, gambar, atau suara untuk dipikirkan dengan bimbingan minimal dari guru. Interaksi kelas berlangsung antar siswa dengan siswa. Guru hanya kadang-kadang saja ikut campur, dan dalam diskusi pun guru tidak memimpin melainkan diserahkan kepada siswa-siswa. Guru tidak lagi berfungsi sebagai “gudang” pengetahuan, tetapi sebagai “wasit”. Guru tidak lagi memberikan semua “cues” tetapi hanya data tersirat. Proses belajar semacam ini lebih menekankan berpikir (proses berpikir) daripada menghapal atau mengingat-ingat data kembali. Pendapat ini dapat menstimulasi kreativitas siswa-siswa. Memang dalam bentuknyayang paling ekstrim, hanya siswa yang paling mampu dan matang saja yang dapat menggunakan pendekatan ini. Meskipun demikian strategi ini dapat lebih mengarah ke sasaran pendidikan (kognitif dan afektif). Diantaranya dapat membentuk sikap prosedural seperti sikap kritis, tidak menerima begitu saja otoritas orang lain melainkan mencoba mencari sendiri jawabannya.
Dalam garis “continuum” di tengah, terdapat “kombinasi” dari kedua kutub “continuum” yang disebut diskusi terarah (directed discussion). Dalam pelaksaannya, guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan (lihat klasifikasi pertanyaan dalam metode tanya –jawab di depan) untuk menstimulasi diskusi. Juga guru menyiapkan “cues” dan mengarahkan diskusi dengan pertanyaan yang diajukan. Di sini pelajaran berlangsung antara guru dan siswa (bukan dalam arti ceramah sepihak pada kutub “continuum” pertama), bukan pula antar siswa.
Seperti tipe kedua di atas, tipe ketiga ini pun dapat lebih mengarah kepada tiga tujuan pendidikan IPS di atas. Selain metode anya-jawab, metode main peran dapat pula menunjang tipe pembelajaran diskusi terarah.

Model Belajar IPS (Descovery dan Inkuiri)
Merupakan model yang menuntut penguasaan fakta-fakta dan generalisasi-generalisasi. Inkuiri memiliki dua tahap kegiatan: pertama merumuskan hipotesis (jawaban sementara) dan kedua proses pembuktian. Sehingga perlu diajarkan penggunaan konsep dan pertanyaan analitis sebagai kunci pendidikan IPS. Program IPS mengajarkan cara-cara (metode) bagaimana ahli ilmu sosial mengetes kebenaran, merubah atau menolak hipotesis.

E. Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran IPS
Tujuan, materi pelajaran, kegiatan belajar, strategi pembelajaran (bahkan sampai pada evaluasi) harus diorganisasikan sedemikian rupa untuk menggalakkan pembelajaran yang efektif. Untuk itu perlu perencanaan dan pelaksanaannya. Setiap langkah yang akan dilakukan oleh guru mengenai apa yang akan diajarkan ditentukan oleh tujuan yang dirumuskan sebelumnya.
Oleh sebab itu, perumusan tujuan merupakan langkah pertama yang harus dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengelola pembelajran IPS. Tujuan yang akan dicapai selama proses belajar mengajar berlangsung, dan apakah tujuan itu dapat tercapai atau tidak setelah proses pembelajaran selesai, hendaknya ditulis dan dirumuskan lebih dahulu oleh guru dalam Satpel (satuan pelajaran). Satpel yang baik memuat rumusan tujuan-tujuan itu yang menuntun guru dan siswa kearah proses pembelajaran yang tampak jelas dan terarah.
Sehubungan dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran ini ada tiga tujuan yang harus diperhatikan:
1. Tujuan jangka pendek, yaitu tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksaan beberapa jam pelajaran atau TIK (Tujuan Instruksional Khusus).
2. Tujuan jangka menengah, yaitu tujuan yang ingin dicapai selama pelaksanaan satu unit pelajaran.
3. Tujuan jangka panjang, yaitu tujuan yang ingin dicapai dalam masa satu semester atau satu tahun ajaran.
Umumnya guru hanya memperhatikan tujuan jangka pendek saja, sedangkan kedua tujuan lain kurang mendapat perhatian sebagaimana mestinya. Tujuan itu sebenarnya menjelaskan perubahan-perubahan yang dikehendaki dari siswa sebagai hasil proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru hendaknya memikirkan benar-benar perubahan apa yang diharapkan dari siswa dalam meningkatkan aspek kognitif (pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi) dan aspek afektif (mendengar, menjawab, menilai). Guru diminta untuk menuliskan dan merumuskan tujuan-tujuan itu secara jelas, lengkap, spesifik dan serealis mungkin.
Dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran ini beberapa hal di bawah ini perlu mendapat perhatian.
1. Materi pelajaran. Guru hendaknya menguasai bidang studi atau mata pelajaran IPS. Materi itu dalam Satpel disebar dalam Pokok Bahasan atau Sub-Pokok Bahasan kemudian dirumuskan dalam TIU (Tujuan Instruksional Umum). Setelah itu rincian meteri yang akan disampaikan.
2. Metode. Dinyatakan metode apa saja yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai.
3. Alat, sumber belajar dan media perlu diketahui dan disiapkan.
4. Pemanfaatan lingkungan sekolah. Sehubungan dengan butir 3 di atas, lingkungan sekolah perlu dimanfaatkan jika relevan dengan proses pembelajaran seperti kebun dan tamanan di sekolah, bangunan sekolah, jalan raya di sekitar sekolah, warung sekolah dan sebagainya.
5. Pemanfaatan ruang kelas. Sehubungan dengan hal-hak di atas juaga perlu diperhatikan penempatan papan tulis, meja guru, bangku-bangku, lemari, penggunaan dinding-dinding kelas untuk display hasil kerja siswa. Begitu juga penggunaan sudut dan serambi kelas untuk pameran hasil karya siswa, hasil penelitian atau hasil karya guru. Hal yang tidak kurang pentingnya adalah penyimpanan alat-alat pelajaran secara teratur, pemeliharaan dan pengawasan kebersihan, keindahan kelas, dan lingkungan sekolah.
6. Pemanfaatan lingkungan. Masih ada juga hubungannya dengan rencana ini perlu diperhitungkan manfaat menggunakan sumber yang tersedia dari lingkungan fisik sekolah atau masyarakat di sekitar desa (desa pertanian, atau desa nelayan). Flora dan fauna, batu-batuan dan alat transportasi desa dapat menjadi alat peraga pelajaran IPS.
7. Pemanfaatan waktu. Prinsip “semakin banyak waktu semakin banyak yang bisa dipelajari” perlu dipegang. Oleh karena itu, waktu yang “luang” tidak boleh dibiarkan tanpa terisi. Alokasi waktu perlu diatur sebaik-baiknya dalam jadual kegiatan.
8. Pemanfaatan perpustakaan dan laboratorium. Dalam rencana pelajaran perlu dinyatakan bila mana perpustakaan dan laboratorium IPS itu digunakan.
Demikianlah pokok-pokok yang perlu diperhatikan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran ini agar tujuan-tujuan pendidikan IPS dapat tercapai dengan efektif.



BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Media pembelajaran mempunyai kedudukan penting dalam proses berlangsungnya pembelajaran. Penyajian pembelajaran yang hanya menggunakan kata-kata (sajian verbal) tidak mungkin efektif. Akan lebih baik jika pembelajaran menggunakan sajian verbal dibantu dengan sarana lain. Pemilihan, pengembangan, dan penggunaan media sangat penting agar sesuai dengan materi yang diajar.
Selain media pembelajaran, hal yang penting adalah strategi pembelajaran yang mencakup metode-metode pengajaran, alat dan sumber belajar, perpustakaan dan laboratorium, perpustakaan dan laboratorium, strategi pembelajaran, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dalam pelajaran IPS.

B.SARAN
1. Guru hendaknya dapat memilih, mengembangkan, dan menggunakan media pembelajaran.
2. Guru harus menguasai strategi-strategi dalam pembelajaran IPS.
3. Dalam memilih metode pembelajaran guru harus memperhatikan karakteristik peserta didik Read more "makalah ips..."

Senin, 29 Maret 2010

Muslimin Indonesia Menyambut Kedatangan Obama

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia menyambung tali persahabatan; dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata yang baik-baik saja atau hendaklah dia diam saja.” [HR. Bukhari dan Muslim]

Sebagian dari akhlaq orang beriman adalah menyambut dan memulyakan tamu. Menyambut dan memulyakan tamu merupakan sebagian dari bukti keimanan kepada Allah dan hari akhir.

Kabarnya, Presiden Amerika Serikat, Barack Hussein Obama, akan berkunjung ke Indonesia. Namun sebagian ummat Islam di Indonesia menyambut berita kedatangan Barack Obama dengan penolakan atas kedatangannya. Mengapa demikian?

Dalam salah satu acara dialog di salah satu stasiun TV, dihadapkanlah antara pihak yang menyambut kedatangan Obama -dengan sebenar-benarnya penyambutan- dengan pihak yang “menyambut” kedatangan Obama dengan penolakan atas kedatangannya. Pihak yang menolak diwakili oleh anggota DPR yang beragama Islam, yaitu Ali Mochtar Ngabalin, dan juga dari Hizbut Tahrir, Rohmat S. Labib. Sedangkan dari pihak yang menyambut, sudah bisa ditebak, tokoh JIL yang aktif di Freedom Institute, Luthfi Asysyaukani, dan juga Bara Hasibuan, seorang pengamat hubungan internasional.

Luthfi membela habis-habisan majikannya dengan dalih bahwa Obama bermaksud memperbaiki citra Amerika Serikat. Namun Rohmat meragukannya. Menurutnya, jika Obama memang ingin memperbaiki citra Amerika Serikat, lakukan dengan tindakan kongkrit, bukan dengan kata-kata kosong tanpa bukti. Kenyataannya, ketika Israel menyerang Palestina tahun lalu, Obama diam saja dan malah membenarkan tindakan Israel. Obama, bukannya menarik pasukan yang dikirim Bush, malah menambah ribuan personil militer ke negeri-negeri yang telah mereka teror secara terang-terangan.

Kita memang harus memerangi terorisme. Segala macam tindakan yang dimaksudkan agar orang lain merasa takut dan memenuhi tuntutan orang yang menakut-nakuti memang harus kita lawan. Dan pelaku teror terbesar adalah pemerintahan Amerika Serikat yang di dukung oleh parlementer yang Zionis.

Jika Densus bersikap tegas terhadap para pelaku teror di Indonesia dan tidak segan-segan menembak mati para teroris itu, maka Obama, sebagai amir teroris pengganti Bush, juga harus diperlakukan sama dengan para teroris itu.

Luthfi dan Bara tentu tidak setuju dengan hal ini. Mereka menolak jika Obama disamakan dengan teroris. Menurut mereka, hal itu termasuk pelecehan. Padahal, Amerika Serikat tidak segan-segan menyebut Saddam Husein sebagai penjahat, pemerintahan thaliban sebagai teroris, dan sebagainya.

Amerika Serikat menyrang Iraq dan menuduh bahwa Iraq mempunyai senjata pembunuh massal. namun tuduhan itu tidak dapat dibuktikan dengan kuat hingga saat ini. Lalu mengapa kita takut untuk mengatakan bahwa pemerintahan Amerika Seriakt ini teroris, drakula, penjajah, dan penjahat besar jika kenyataannya memang demikian?

Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang Mu`min dan Mu`minat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata. [QS. Al-Ahzab (33): 58]

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia. [QS. Al-Mumtahanah (60):1]

Apakah Obama berkunjung ke Indonesia hanya untuk pelesiran dan mengenang masa kecilnya di daerah Menteng? Apakah dia hanya ingin reunian dengan teman-temannya dulu? Atau dia ke Indonesia dalam rangka menjalankan tugas kepresidenan?

Kita tahu bahwa kontrak Amerika dengan Indonesia di Freeport akan berakhir 7-8 tahun lagi. Mungkinkah perpanjangan kontrak yang merugikan bangsa Indonesia ini merupakan salah satu agenda kedatangan Obama?

Asian Free Trading Area cukup memukul produk-produk Indonesia, dan juga Amerika. Adakah kedatangan Obama merupakan usaha pemulusan pasar Amerika di Indonesia?

Hei, kita tidak boleh berburuk sangka! Benarkah? Jika Anda membaca di koran bahwa ada seorang pria yang telah membunuh ratusan orang, dan pria itu masih berkeliaran, wajahnya terpampang dengan jelas. Lalu suatu saat pria itu mendekati Anda, apakah Anda tidak akan curiga? Apakah Anda tidak akan waspada? Jika ada seorang pria yang dikenal telah memperkosa ratusan wanita. Lalu pria itu mendekati putri Anda, apakah Anda tidak akan merasa khawatir?

Obama dan para pendahulunya telah memperlihatkan rekam jejak yang sangat-sangat buruk di dunia internasional. Sebagai bangsa yang menolak segala macam penjajahan, akankah kita menyambut gembira kedatangan Obama? Ataukah kita akan menolaknya? Atau kita katakan, “Hei Obama, silahkan datang ke Indonesia! Tetapi jangan kira kami suka dengan Anda hanya karena Anda bisa mengucapkan assalamualaikum!” Read more "Muslimin Indonesia Menyambut Kedatangan Obama..."

Ternyata Air Tidak Diciptakan Di Bumi

Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah `Arsy-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah): “Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati”, niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: “Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata”. (QS. Huud: 7)

Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya. (QS. Al-Mu`minun: 18)

Dalam Al-Qur`an, Allah menyebut kata “air” sebanyak 51 kali. Dan tidak satu ayat pun yang menyatakan bahwa Allah “menciptakan air”, justeru sebanyak 25 ayat menyebutkan bahwa Allah “menurunkan air dari langit”. Ini menunjukkan bahwa air itu tidak diciptakan di bumi. Bahkan ada 4 ayat yang secara tegas menjelaskan bahwa Allah “menurunkan air dari langit kemudian menghidupkan bumi setelah bumi itu mati sebelumnya” dan beberapa ayat lainnya menyatakan bahwa Allah “menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan menghijaukan bumi dengan sebab air itu”. Hal ini menunjukkan bahwa dahulunya, bumi tidak mengandung air dan kehidupan. Tetapi kemudian Allah menurunkan air dari langit dan menghidupkan bumi.

Saat ini kita telah mengenal suatu teori yang menyatakan bahwa bumi tidak mengandung air pada awalnya. Kemudian ada komet-komet yang mengandung es yang jatuh ke bumi. Komet-komet tersebut bergesekan dengan atmosfer dan menguap menjadi awan. Kemudian dari awan itu turunlah air hujan yang memiliki kemampuan “menghidupkan”. Hingga saat ini, air itu menetap di bumi. Prof. Higa telah meneliti mengenai Effective Micro-organism (EM), suatu mikro-organisme yang mampu “menghidupkan”. Selain air itu memiliki keberkahan, hado positif, energi positif, dan apa pun istilahnya, mungkin EM ini juga salah satu faktor yang menyuburkan atau menghidupkan bumi, yang mana EM ini juga terkandung dalam air yang Allah turunkan dari langit.

Dan Allah menurunkan dari langit air (hujan) dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran dan eksistensi Tuhan) bagi orang-orang yang mendengarkan (pelajaran). (QS. An-Nahl: 65)

Apakah kamu tiada melihat, bahwasanya Allah menurunkan air dari langit, lalu jadilah bumi itu hijau? Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Hajj: 63)

Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. An-Nur: 45)

Ayat di atas sama sekali tidak mendukung teori evolusi yang bersandar pada atheisme dan “peristiwa kebetulan”. Ayat tersebut menjelaskan bahwa segala macam hewan dijadikan oleh Allah dari unsur air. Bahkan manusia, selain ia diciptakan dari air sperma, manusia juga Allah ciptakan dengan 2/3 tubuhnya adalah air. Kita tahu, Al-Qur`an menjelaskan bahwa unsur pembentuk tubuh Adam adalah tanah liat yang tentunya mengandung air, lumpur hitam seperti yang saat ini keluar di Sidoarjo yang juga mengandung air, dan tanah-tanah lainnya yang mengandung air dan mineral lainnya. Dari campuran-campuran tersebut, maka jadilah tubuh Adam yang 2/3-nya adalah air. Kemudian Allah tiupkan roh dari-Nya, maka hiduplah Adam.

Dia (manusia) diciptakan dari air yang terpancar. (QS. Ath-Thariq: 6)
Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina? (QS. Al-Mursalat: 20)

KEBERKAHAN AIR

Dari Anas ra berkata: Kami bersama Rasulullah saaw terperangkap hujan. Tiba-tiba Rasulullah saaw melepas bajunya, sampai-sampai beliau basah terkena hujan. Lantas kami bertanya, “Wahai Rasulullah, kenapa engkau berbuat begitu?” Rasulullah saaw menjawab, “Karena hujan ini baru saja datang dari Tuhannya.” (HR. Muslim dan Abu Daud)

Lihatlah bagaimana Rasulullah saaw memandang hujan itu sebagai sesuatu yang mengandung rahmat dan keberkahan dari Allah, sesuatu yang oleh Masaru Emoto dikenal sebagai hado positif. Hado positif ini, selain dapat mempengaruhi kesehatan fisik, juga dapat mempengaruhi kesehatan jiwa seperti dijelaskan dalam Al-Qur`an, dimana air hujan dapat mensucikan hati dan jiwa dari segala penyakit hati dan juga membersihkan diri dari kotoran syaithon.

(Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penentraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk menyucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu kotoran-kotoran syaithan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh dengannya telapak kaki (mu). (QS. Al-Anfal: 11)

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan ni`mat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. (QS. Al-Maidah: 6)

Allah mengajarkan bagi kita yang berhadas agar bersuci dengan air sebelum mendirikan shalat. Karena orang yang berhadas itu sedang dalam keadaan dimana ia kekurangan hado positif. Dengan hado positif dari air wudhu, diharapkan bahwa kita bisa mendapatkan keni’matan ketika sholat berupa akses langsung kepada sumber energi alam semesta, yaitu Allah. Melalui sholat yang khusyu, seseorang akan mendapatkan kebahagiaan sejati di dunia dan di akhirat. Satu lagi rahasia Ilahi telah terungkap. Maka bersyukurlah wahai Anda yang telah memeluk Islam, karena Anda telah berada di Jalan Lurus.

Sumber:
Al-Qur`an (2:22,74,164; 4:43; 5:6; 6:99; 7:57; 8:11; 11:7; 13:17; 14:32; 15:22; 16:10,65; 20:53; 21:30; 22:5,63; 23:18; 23:45; 25:48,54; 27:60; 28:23; 29:63; 30:24; 31:10; 30:8; 32:27; 35:27; 39:21; 41:39; 43:11; 47:15; 50:9; 54:12; 56:68,69; 77:20,27; 78:14; 80:25; 86:6)

Read more "Ternyata Air Tidak Diciptakan Di Bumi..."
 

Blog Tricks

Powered By Blogger

Easy Blog Tricks

Powered By Blogger

Great Morning ©  Copyright by Jendela Dunia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks