Selasa, 30 Maret 2010

makalah ips

MEDIA DAN STRATEGI PEMBELAJARAN IPS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mengajar bertujuan supaya siswa dapat belajar sebaik-baiknya. Apabila sarana pengajaran telah mencapai tingkatan sedemikian lengkap maka para siswa akan dapat belajar dengan lebih mandiri. Mereka akan belajar dengan media yang sudah tersedia. Bantuan ini dimaksudkan agar siswa belajar dengan hasil yang lebih optimal.
Media sebagai alat bantu pengajaran mempunyai kedudukan penting dalam pembelajaran. Guru harus terampil memilih dan menggunakan media pembelajaran. Seperti yang kita ketahui media pembelajaran banyak ragamnya. Guru harus mengenal media pembelajaran agar dapat memilihnya dengan tepat.
Selain media pembelajaran, metode pembelajaran juga perlu diperhatikan. Metode adalah cara yang dianggap efisien yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan suatu mata pelajaran tertentu kepada siswa-siswa agar tujuan ya ng telah dirumuskan sebelumnya dalam proses kegitan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif.
Setiap mata pelajaran mempunyai metode tertentu sesuai kekhususan mata pelajarannya. Oleh sebab itu, guru hendaknya dapat menentukan metode apa yang paling efisien bagi mata pelajarannya. Akan tetapi tidak ada metode yang dianggap paling sempurna. Karena itu dalam kegiatan pembelajaran digunakan lebih dari satu metode.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kriteria pemilihan dan penentuan media pengajaran IPS?
2. Bagaimana pengembangan media pengajaran IPS?
3. Seperti apa penggunaan media pengajaran IPS?
4. Apa saja metode-metode pengajaran IPS?
5. Apa saja alat dan sumber belajar IPS?
6. Seperti apa penggunaan perpustakaan dan laboratorium IPS?
7. Apa strategi pembelajaran IPS?
8. Bagaimana perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran IPS.

C. Tujuan
1. Dapat memilih dan menentukan media yang tepat.
2. Dapat membuat alat bantu pengajaran IPS.
3. Dapat menggunakan media pengajaran IPS.
4. Dapat mengetahui metode pengajaran IPS.
5. Dapat mengetahui apa saja alat dan sumber pengajaran IPS.
6. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan perpustakaan dan laboratorium IPS.
7. Untuk mengetahui strategi pengajaran IPS.
8. Untuk mengetahui perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran IPS.



BAB II
Media Pengajaran IPS

A. Kriteria dan Penentuan Media dalam Pengajaran IPS
Media merupakan saluran yang dilalui pesan dalam suatu peristiwa komunikasi. Dalam pembelajaran, media memegang peranan sebagai alat yang diharapkan dapat mendorong belajar lebih efektif. Mengajar tanpa media pembelajaran akan membuat peserta didik sulit untuk memahami materi pelajaran. Sebagai contoh guru menerangkan tentang jalur masuknya Islam ke nusantara, maka seorang guru memerlukan globe dan peta untuk pembelajarannya tersebut.
Sarana untuk membantu pengajaran terbagi menjadi dua golongan yaitu media komunikasi bahasa dan media komunikasi non-verbal. Yang termasuk media pembelajaran bahasa adalah bahasa lisan dan bahasa tulis. Sedangkan yang tergolong ke dalam non-verbal misalnya gambar, diagram dan sebagainya. Pembagian media pembelajaran menurut perkembangannya adalah sebagai berikut:
a. Media pengajaran yang bersifat umum dan tradisional misalnya papan tulis dan buku-buku.
b. Media yang sifatnya canggih yang biasanya di golongkan sebagai media audio visual. Akan tetapi ada yang bersifat visual saja, misalnya gambar, lukisan, diorama, foto, diagram dan lain sebagainya. Dan ada juga yang hanya bersifat audiotif saja misalnya radio dan tape recorder.
c. Media yang bersifat pembaruan, dengan melibatkan berbagai sarana permesinan yang memungkinkan siswa belajar mandiri. Misalnya penggabungan komputer dan televisi.
Masing masing media pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Dan hendaknya seorang pendidik memilih media yang mendorong pencapaian tujuan pengajaran.
Dalam belajar yang menjadi arah adalah pengembangan berpikir. Maka dari itu guru dituntut untuk memilih media pembelajaran yang dapat membangkitkan berpikir kritis para peserta didik. Cara memilih media pembelajaran yang tepat:
a. dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien
b. dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis
c. dapat melayani kebutuhan siswa yang berbeda-beda
d. tidak memilih media hanya dikarenakan media tersebut baru, canggih dan populer.
Berdasarkan indera yang paling dipacu, penggolongan media adalah sebagai berikut:
a. Media audio visual, dapat juga bersifat audio saja atau visual saja.
b. Media taktik, terutama melalui rabaan dan sejenisnya.
Berdasarkan bentuk pesan, penggolongan media adalah sebagai berikut:
a. Media verbal, menggunakan bahasa baik verbal maupun tulis.
b. Media non-verbal.

Alasan Penggunaan Media Pengajaran
Dalam hal ini Leonard, Fallon dan Von Arx(1972) menyampaikan beberapa hal yang penting tentang media. Pendapat mereka secara umum sebagai berikut:
a. media memungkinkan kita dapat mencapai peristiwa langka dan sukar dicapai, misalnya peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 yang tidak mungkin bisa disaksikan lagi. Namun, berkat media foto dan gambar kita merasa seolah-olah dalam masa tahun itu dan menyaksikan pidato proklamasi tersebut.
b. media dapat lebih memungkinkan pengamatan. Contohnya mengamati letak Mount Everest secara menyeluruh. Secara langsung kita akan kesulitan untuk mengamatinya, namun dengan media berupa peta dan globe maka kita dapat mengamati letak geografisnya dan ketinggiannya tanpa bersusah payah datang langsung ke lokasi.
c. media pembelajaran tidak terhalang oleh waktu dan tempat.

Jenis jenis Media.
Suatu masalah atau tujuan pembelajaran dapat ditangani dengan bantuan media ganda (the multimedia approach). Namun, seperti yang telah kita bahas media pembelajaran haruslah dapat mengefektifkan, mengefisienkan, memperkenalkan, dan memperluas cakrawala pandangan serta memperkaya khasanah pengajaran IPS.
Daftar media pengajaran.
1. Alat pengajaran
a. Papan tulis
b. Papan gambar
c. Mesin pengganda
2. Media cetak
a. Buku buku
b. Majalah
c. Surat kabar
3. Media visual
a. Slide dan transparans
b. Film strip
c. Model realita
d. Carta dan grafik
e. Gambar
f. Peta dan globe
4. Media audio
a. Pita suara
b. Piringan hitam
c. Kaset CD
d. MP3
5. Media audio visual
a. Radio
b. Film suara
c. Siaran televisi
d. Kit media ganda
6. Masyarakat sebagai sumber belajar
a. Sumber masyarakat
b. Kunjungan studi
c. Narasumber

B. Pengembangan Media Pengajaran IPS
Umumnya kita mempergunakan media yang sudah jadi, yang dibuat oleh perusahaan. Media seperti ini tentu dibuat dengan keahlian yang tinggi. Akan tetapi, banyak juga bahan yang dapat dikembangkan sendiri bersama siswa. Banyak keuntungan yang dapat diraih dalam mengembangkan alat-alat sendiri. Siswa akan terdorong untuk memeras tenaganya secara kreatif. Alat yang dihasilkan mungkin kurang indah atau canggih, tapi tidak mengapa karena yang menjadi pusat perhatian kita dalam pembelajaran adalah supaya siswa dapat belajar dengan sebaik-baiknya.
Kegiatan seperti ini selain menjadi persiapan kepada pemakaian media juga menjadi alat pendorong keaktifan dan pengalaman bermakna. Dan disini guru perlu mempersiapkan berbagai alat yang dapat dikerjakan. Pengembangan beberapa alat untuk sarana belajar dapat dilakukan sendiri atau bersama siswa. Akan tetapi pembuatannya akan terbatas pada beberapa alat yang tidak terlalu rumit.




C. Penggunaan Media Pengajaran IPS
1. Papan tulis
Saran dalam penggunaan papan tulis : a) rancang dengan baik isi dan pola bahan belajar yang akan ditulis, b) hindari menuliskan ikhtisar dan sajian yang panjang, c) usahakan agar papan tulis tidak terlalu penuh berjejal dengan tulisan, d) tulisan dan gambar harus cukup besar supaya dapat terilihat jelas dari belakang. Kita juga harus memikirkan letak papan tulis di kelas. Sebaiknya papan tulis diletakkan di depan kelas bagian tengah. Selain itu, sewaktu kita menghadap papan tulis sebaiknya tidak berbicara.
2. Papan pamer
Isi papan pamer seharusnya mendorong siswa untuk berdiskusi, penuh informasi yang menantang, dan dapat memperkaya bahan belajar IPS. Keterlibatan siswa sangat penting sekali dalam pembuatannya. Disamping itu, hal ini pun secara tidak langsung mendorong kreatifitas siswa.
3. Media pengganda
Tugas utama dari media pengganda adalah menunjang media pembelajaran lainnya supaya kegiatan belajar mengajar lebih bermakna. Yang digandakan adalah bahan belajar IPS yang tidak terdapat dalam buku pelajaran.
4. Buku-buku
Buku-buku yang ada perlu ditelaah terlebih dahulu, dengan rambu-rambu : a) sudah mendapat pengesahan dari Depdikbud; b) isi buku menunjang pencapaian tujuan pengajaran; c) isinya jelas dapat dipercaya kebenarannya, tepat, dan tidak ketinggalan zaman; d) tidak menyinggung masalah SARA; e) gayanya jelas, menarik, merangsang berpikir, dan sesuai dengan kemampuan siswa; f) ilustrasi, peta, gambar, foto tepat, jelas, menarik, dan memadai. Yang perlu diingat adalah bahwa bukan buku pelajaran yang menentukan batas pembahasan tetapi sekedar wahana untuk mendorong siswa belajar.
5. Majalah dan surat kabar
Majalah untuk anak sekarang sudah cukup banyak. Siswa sudah terbiasa membaca dan mempelajari majalah. Dalam isinya terdapat bahan yang dapat digunakan untuk memperkaya bahan belajar.
6. Slide dan transparan
Keduanya merupakan media yang dapat diproyeksikan sehingga seluruh kelas dapat menyaksikan. Bedanya, slide dibuat dengan pengambilan foto, sedang transparan dibuat dengan cara menulisi kertas transparan tersebut.
7. Filmstrip
Filmstrip mirip dengan slide, bedanya ialah slide merupakan lembaran film yang terpisah. Sedangkan filmstrip merupakan rangkaian film.
8. Model dan realia
Model adalah alat-alat yang sangat dekat (mirip sekali) dengan kenyataannya. Realia merupakan representasi dari sesuatu benda yang sebenarnya.
9. Carta dan grafik
Carta disini yang dimaksud adalah carta dalam arti sempit, yaitu carta alur. Susunan keluarga dapat digambarkan dalam carta. Berbagai gejala dalam masyarakat, seperti perpindahan atau banyak hasil pertanian, dapat digambarkan dalam grafik. Dengan menyajikan melalui grafik siswa dapat membandingkannya secara tepat. Dengan jalan itu siswa akan memperoleh gambaran ringkas tetapi tepat.
10. Gambar
Tujuan pengajaran menjadi acuan untuk memilih dan menggunakan gambar. Ukuran gambar juga harus diperhatikan agar memungkinkan untuk dilihat seluruh kelas. Supaya dapat mencapai hasil yang lebih baik judul dan penjelasan gambar perlu juga dipertimbangkan secara matang.
11. Peta dan globe
Peta merupakan gambaran permukaan bumi dalam bidang datar. Globe merupakan tiruan bola bumi. Karena peta dapat digambarkan lebih besar maka menurut skala tertentu peta akan dapat menggambarkan bentuk morfologi lebih tepat dari globe. Sedangkan untuk gambaran bumi secara keseluruhan globe lebih unggul.
12. Pita suara
Pita suara dapat digunakan untuk merekam suara khas ataupun penjelasan dari narasumber.
13. Radio
Supaya acara radio dapat memberikan manfaat yang optimal untuk pembelajaran maka pertimbangan berikut perlu terlebih dahulu diikuti dengan seksama: a) apakah acara siaran tersebut membantu para siswa mencapai tujuan pengajaran; b) apakah bahan belajar yang disajikan bersifat autentik, tepat dan jujur; c) apakah bahan belajar dan cara penyajiannya sesuai dengan kemampuan anak; d) apakah acara tersebut mendorong kegiatan tambahan atau memotivasi belajar lebih lanjut.
14. Siaran televisi
Beberapa acara televisi dapat dijadikan bahan pengajaran IPS. Hal ini dapat dilakukan dengan misalnya, menugasi siswa untuk mencatat apa yang diperoleh dalam siaran tertentu.
15. Sumber masyarakat
Sumber masyarakat memberi pengalaman langsung kepada para siswa dalam arti sebenarnya. Pengalaman yang didapat lebih nyata.
16. Kunjungan studi
Kunjungan atau wisata studi dapat memberi pengalaman yang mengesankan pada siswa. Hal ini jangan sampai hanya dianggap sebagai usaha untuk memberikan suasana santai atau selingan dalam belajar tapi untuk penelitian studi.
Sebelum melaksanakan kunjungan studi harus direncanakan terlebih dahulu persiapan mengenai perizinan, tujuan kunjungan, jadwal berangkat dan kembali, dan apa yang akan diamati dalam perjalanan para peserta. Sebaiknya bahan amatan itu lahir dalam diskusi kelas pada saat kita membahas suatu masalah yang pemecahannya memerlukan kunjungan studi.
Saat pelaksanaan peserta tidak boleh berkeliaran. Mereka perlu mendapat penjelasan tentang apa yang harus dikerjakan. Selama di tempat, peserta diminta untuk membuat catatan supaya hasil kunjungan studi memberi pengayaan kepada bahan telaah IPS di kelas hasilnya perlu didiskusikan.
Manfaat kunjungan studi antara lain : a) memberi pengalaman langsung yang sukar diperoleh dengan cara lain, b) mendorong perhatian lebih tinggi pada pokok yang dipelajari, c) hal ini dapat menjembatani antara studi di kelas dengan masyarakat yang menjadi sumber telaah, d) dapat memberikan kesempatan menerapkan pengetahuan dan mendapat informasi baru, e) memberi kesempatan berlatih dalam pengalaman sosial, f) dapat mendorong inisiatif, memperluas wawasan, dan menghargai beberapa situasi kehidupan.
17. Narasumber
Yang dapat menjadi narasumber adalah mereka yang mempunyai pengalaman luas atau pejabat khusus yang dapat memberikan informasi yang autentik. Dalam pelaksanaannya diperlukan persiapan yang matang. Narasumber yang diundang harus cocok dengan bahan belajar yang akan dibahas.



STRATEGI PEMBELAJARAN IPS
A. Metode-metode Pembelajaran IPS

Metode adalah cara yang dianggap efisien yang digunakan oleh guru menyampaikan suatu mata pelajaran tertentu kepada siswa agar tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya dalam proses kegiatan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif. Setiap mata pelajaran mempunyai metode tertentu sesuai dengan kekhususan mata pelajaran. Perlu diketahui bahwa tidak ada satu pun metode yang dianggap lebih sempurna dari pada yang lain, masing-masing metode mempunyai keunggulan dan kekurangan, sehingga dalam pembelajaran dapat menggunakan lebih dari satu metode. Sehubungan dengan pemilihan metode dalam pengajaran IPS, perlu diketahui tujuan pengajaran IPS menurut Edwin Fenton adalah: (1) pemerolehan pengetahuan, (2) pengembangan keterampilan inkuiri, (3) pengembangan sikap-sikap dan nilai.
Metode-metode pengajaran yang dapat dipilih oleh guru antara lain:
1. Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan metode yang umum dipakai. Di dalam bentuknya yang klasik, guru memberi ceramah sedangkan siswa hanya duduk mendengarkan dan mencatat lalu menghafalkannya. Dengan metode ceramah dapat menyampaikan pengetahuan faktual yang banyak dan generalisasi-generalisasi, namun kesemuanya ini tidak berarti banyak jika tidak ada gambaran kongkret dalam bentuk contoh dan peragaan (model, tiruan, gambar, dll)
2. Metode Diskusi
Jika metode ceramah dinilai belum cukup, maka setelah selesai berceramah dapat diikuti dengan diskusi antara guru dengan siswa atau siswa dengan siswa. Topik diskusi dapat berasal dari siswa yang kemudian dikembangkan oleh guru. Masalahnya, apakah siswa SD telah memiliki pembendaharaan pengetahuan faktual dan mengerti konsep-konsep atau generalisasi yang cukup untuk turut aktif dalam diskusi. Selain itu, jumlah siswa yang banyak dalam kelas menjadi masalah tersendiri untuk membuat semua siswa ikut bicara dalam diskusi dengan alokasi waktu pelajaran yang terbatas.
3. Metode Tanya Jawab
Metode ini berlangsung dalam interaksi antara guru dengan siswa setelah guru selesai berceramah. Siswa mengajukan pertanyaan dan guru menjawabnya atau dapat juga dijawab oleh siswa lain, dan sebaliknya guru yang bertanya dan siswa yang menjawab. Dalam setiap metode memungkinkan terjadinya tanya jawab, oleh sebab itu esensi dari pembelajaran terletak pada bertanya. Beberapa bentuk pertanyaan adalah sebagai berikut:
a. Pertanyaan mengingat/ hafalan; bertujuan untuk mengungkap apakah siswa telah memperoleh dan menguasai sejumlah informasi faktual yang diperlukan.
b. Pertanyaan deskriptif; meminta siswa untuk memberikan deskripsi lebih rinci fakta yang diketahui kemudian membandingkan (persamaan dan perbedaan) lalu menghimpun dan mengorganisasikannya, misalnya menurut persamaan ciri-ciri.
c. Pertanyaan menjelaskan; siswa tidak hanya mengingat dan mengorganisasi materi tetapi juga membuat kesimpulan, mencari sebab-akibat.
d. Pertanyaan sintesis; siswa diminta menghimpun, mengkombinasikan, menghubungkan atau menyambung bagian-bagian isi yang sebelumnya tidak berhubungan.
e. Pertanyaan memilih; siswa diminta untuk memilih diantara alternatif-alternatif, membuat pertimbangan atas dua atau lebih kemungkinan terbaik menurut kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.
f. Pertanyaan terbuka; siswa diminta untuk mencari dan menentukan jawaban yang dapat diterima, bukan jawaban yang paling betul dari pada yang lain.
4. Metode Proyek
Proyek di sini adalah semacam “penelitian” yang dilakukan di luar kelas/sekolah, dilaksanakan secara individu atau kelompok dan membuat laporan dari hasil pengamatan untuk dibawa dan dibicarakan di kelas.
5. Metode karya wisata
Siswa dibawa mengunjungi objek-objek pemukiman transmigran, situs sejarah, panti sosial, dan sebagainya. Selain rekreasi, siswa juga bisa belajar dari tempat yang mereka kunjungi (mencakup aspek kognitif dan afektif)
6. Metode Bermain Peran (Role-playing)
Di dalam metode ini melibatkan aspek kognitif (problem solfing) dan afektif (sikap, nilai-nilai pribadi atau orang lain, membandingkan dan mempertentangkan nilai-nilai, mengembangkan empati dan sebagainya). Termasuk di dalamnya adalah simulasi dan sosio-drama.


B. Alat dan Sumber Belajar IPS
Penyediaan alat dan sumber belajar yang cukup dapat menunjang pembelajaran IPS. Banyaknya materi dalam IPS tidak menjamin suatu pembelajaran yang baik, karena itu sumber pembelajaran harus digunakan secara terampil oleh guru yang inspiratif dan kreatif agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Alat dan sumber belajar IPS dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:
1. Materi bacaan (reading materials)
a. Buku teks (teks book). Penggunaan buku teks yang benar merupakan suatu bantuan yang bermanfaat bagi pembelajaran, pada taraf yang ideal ialah jika setiap lembar buku-buku itu memuat ilustrasi dan sebagian besar berwarna. Dalam memilih buku teks perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Kepengarangan (authorship); terjadi ketepatan ilmiahnya dan kesesuaian penggunaannya untuk siswa SD dalam arti minat (daya tarik) dan tingkat keterbatasan untuk setiap kelas atau dasar kurikulum.
2. Penggarapan isi; mengenai kedalaman konsep-konsep yang penting, bukan hanya deskripsi fakta yang sangat banyak atau berupa buku cerita saja.
3. Format dan penampilan umum; buku yang menarik untuk dibaca, ukuran buku yang pantas, jilidan (dinding) yang berkualitas, ukuran huruf yang tepat.
4. Organisasi; menjamin keharmonisan antara program kurikuler dengan program instruksional yang akan dilaksanakan dalam praktek.
5. Materi visual; menjamin keragaman, ilustrasi dalam jumlah cukup dan ukuran pantas.
6. Alat bantu (peraga) pembelajaran; menjamin integral dengan buku-buku teks sendiri, dan alat peraga sebagai media pengajaran harus benar-benar membantu guru.
b. Ensiklopedia. Memudahkan untuk segera mendapatkan informasi mengenai materi fakta dari berbagai topik yang diperlukan guru untuk mengajar atau siswa sendiri. Apabila ensiklopedia memuat ilustrasi yang menarik dan berwarna akan menarik perhatian dan minat belajar siswa.
c. Buku referensi lain. Selain buku teks dan ensiklopedia, diperlukan sejumlah buku bacaan tambahan berupa buku dengan topik khusus. Karya semacam ini dapat kita bagi atas: (1) tulisan informatif yang memberikan informasi khusus tentang topik IPS yang dipelajari, misalnya tentang kehidupan sosial budaya suku bangsa di Indonesia atau negara lain, alat transportasi dan komunikasi, kebudayaan Indonesia atau negara lain dan sebagainya; (2) biografi dari tokoh terkemuka Indonesia atau dunia; (3) sejarah lokal, nasional, maupun umum; (4) puisi atau karya sastra lainnya. Kesastraan dan materi sastra harus mendapat perhatian yang penting dalam pengajaran IPS di SD karena dapat memberikan aspek afektif (membentuk sikap dan nilai) pengalaman hidup manusia.
d. Materi-meteri gratis dan murah dalam bentuk poster kartu bergambar, map bergambar, buletin, buku saku, brosur atau lembaran objek pariwisata yang banyak terdapat di biro perjalanan atau agen penerbangan dan hotel-hotel dapat dipakai sebagai alat dan sumber pembelajaran IPS di SD.
2. Materi bukan bacaan (nonreading materials)
Materi bukan bacaan adalah alat bantu yang dimaksudkan untuk memberi arti dan memperkaya pembelajaran semua siswa, baik yang mampu membaca maupun yang masih sulit membaca. Peta, bagan, grafik adalah alat-alat yang sanggup memberikan informasi yang sulit dijelaskan dalam materi bacaan. Pengadaan karya wisata merupakan cara untuk memberikan pengalaman langsung kepada siswa mengenai beberapa aspek masalah yang sedang dipelajari. Penggunaan film, filmstrip, dan gambar-gambar memberikan kenyataan (realisme) dan kelengkapan kepada siswa akan suatu latar belakang yang sama.
a. Gambar, foto, ilustrasi; digunakan untuk mendapatkan gambaran yang nyata, menjelaskan ide, dan menunjukkan objek (benda) yang sebenarnya, sehingga dapat memberikan arti dengan tepat, hidup, dan cepat karena bagi siswa SD materi ini lebih konkret dari materi bacaan yang abstrak.
b. Film; memberikan siswa pengalaman belajar dan dapat menampilkan waktu berabad-abad dan tempat yang jauh, sehingga siswa dapat melihat tempat, orang, dan peristiwa.
c. Filmstrip; rangkaian film statis (tidak bergerak). Filmstrip umumnya sudah dalam urutan yang teratur, misalnya menggambarkan sejarah, pertumbuhan dan perkembangan suatu pemukiman, proses sebuah produksi, distribusi sampai konsumsi. Isi dari filmstrip dapat didiskusikan tanpa tergesa-gesa sambil dipertunjukkan dalam kelas dan dapat diundur atau dimajukan untuk melihat gambar yang dihendaki.
d. Slides dari fotografi; umumnya berwarna dan tidak dalam urutan yang tetap. Lebih mahal dan sulit pemeliharaannya dari filmstrip, jadi lebih baik menggunakan filmstrip.
e. Televisi; adalah kombinasi visual dan audio. Televisi di Indonesia sudah digunakan untuk pendidikan, tinggal memilih acara yang relevan dengan materi yang diajarkan.
f. Materi audio seperi radio dan recording; menjadi alat dan sumber pembelajaran IPS, seperti pidato asli para pemimpin negara dan tokoh masyarakat. Digunakan dalam ilmu sejarah misalnya.
g. Papan buletin/majalah dinding; dapat ditempatkan suatu unit display gambar-gambar peta buatan siswa, bagan-bagan dan sebagainya.
h. Sumber masyarakat; dalam masyarakat siswa dapat melihat langsung proses sosial yang berlangsung. Siswa diperkenalkan konsep geografi setempat, masalah kehidupan kelompok (sosiologi), proses dan mekanisme pemerintahan (civics, ilmu politik) aktivitas produksi dan distribusi (ekonomi), adat istiadat setempat (antropologi), dan lokasi warisan sejarah yang ada (sejarah). Dari masyarakat itu misalnya siswa dapat melihat bahwa orang-orang yang berbeda latar belakang suku, ras, agama, atau golongan dapat hidup secara harmonis sebagai bangsa Indonesia.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan guru dalam menggunakan sumber masyarakat setempat bagi pembelajaran IPS, yaitu:
1. Mengundang anggota atau tokoh setempat ke dalam kelas untuk berbicara dengan siswa mengenai suatu topik yang berhubungan dengan profesinya (pekerjaannya).
2. Mengunjungi langsung anggota atau tokoh masyarakat di tempat mereka tinggal atau bekerja. Untuk itu siswa perlu diberi penjelasan tentang tujuan kunjungan dan harus menyiapkan beberapa pertanyaan yang bisa diajukan (wawancara).

C. Perpustakaan dan Laboratorium IPS

1. Perpustakaan
Perpustakaan merupakan sarana yang penting dalam sekolah. Sebaiknya Sekolah Dasar memiliki perpustakaan khusus yang menyimpan materi dan sumber belajar yang diperlukan dalam pengoperasian kurikulum.
Perpustakaan merupakan sumber belajar bagi siswa maupun guru. Perpustakaan sekolah bertujuan untuk meningkatkan minat baca siswa. Sumber belajar yang terjadi diusahakan selengkap mungkin untuk setiap kelas dalam jumlah yang relatif cukup agar siswa-siswa tidak saling berebut. Buku-buku yang dipilih (IPS) hendaknya menarik dan bermutu, sehingga menarik siswa untuk membaca. Di sini guru kelas menetapkan buku-buku apa yang perlu ada untuk siswa-siswanya selain buku teks sebagai buku pegangan guru. Di perpustakaan sekolah, materi-materi cetak tersedia biasanya dibagi atas:
a. Buku Referensi: Ensiklopedia (dalam Bahasa Indonesia atau Inggris), Kamus (Bahasa Indonesia atau Inggris), Atlas (Indonesia dan Dunia).
Buku referensi ini digunakan oleh guru untuk persiapan mengajar atau oleh para siswa di bawah bimbingan guru. Ensiklopedia, misalnya, mempunyai gambaran yang menarik bagi siswa. Demikian juga Atlas, dapat dipakai siswa di bawah bimbingan guru.
b. Buku teks, merupakan bahan pengajaran guru untuk meningkatkan dan memperkaya pengetahuan. Guru-guru IPS harus mempunyai buku teks IPS sebagai pegangan.
c. Buku bacaan murid perlu disediakan dalam jumlah yang cukup agar siswa dapat menggunakannya tanpa berebutan. Tentu saja buku yang dimaksud disini adalah buku-buku yang relevan dengan mata pelajran IPS.
d. Majalah khusus untuk anak tingkat SD yang juga menyajikan tulisan-tulisan yang relevan dengan pengajaran IPS.

2. Laboratorium
Laboratorium IPS tentu saja berbeda dengan laboratorium IPA. Laboratorium atau “ruang IPS” bukan tempat untuk melakukan eksperimen seperti laboratorium IPA. Meskipun demikian dalam laboratorium IPS dapat dilakukan alat peraga dua atau tiga dimensi untuk pengajaran IPS.
Biasanya dalam laboratorium IPS disimpan atau disediakan berbagai alat peraga pengajaran dalam bentuk dua atau tiga dimensi (visual dan radio) seperti:
a. Gambar-gambar dinding (pakaian adat, alat rumah tangga dan setiap suku di Indonesia atau dunia).
b. Foto-foto peristiwa bersejarah atau tokoh sejarah (Indonesia atau Dunia).
c. Peta-peta sejarah, geografis (informasi fisik bumi, sumber-sumber alam, ekonomi, mineral), peta dinding (informasi batas politik antar negara).
d. Karya grafis (bentuk gambar grafik, bagan diagram) yang memuat informasi tentang penduduk (bangsa-bangsa atau kelompok etnis, ekonimi, sumber alam, agama, politik, sosial, sejarah (peristiwa ditempatkan dalam bagan atau poros bagan).
e. Karya kerajinan (craft work) dalam visual tiga dimensi berupa model patung tokoh sejarah dari tanah liat, peta timbul dan sebagainya. Dalam laboratorium IPS ini model-model dapat dibuat oleh mahasiswa sendiri di bawah bimbingan guru. Bahan-bahan yang digunakan tidak saja dari tanah liat (lempung), tetapi juga malam berwarna (lilin), plastisin (dari bahan plastik mirip tanah liat tetapi tetap lunak), paper mache (bubur kertas dari koran-koran bekas). Dari bahan-bahan tersebut dapat dibuat juga diorama atau model-model lain sesuai dengan kebutuhan pengajaran IPS yang dikehendaki.
f. Di laboratorium dapat disimpan dan digunakan juga peralatan elektronik audio seperti radio cassette, peralatan audio visual proyektor film, film layar lebar (screen). Casette dan film setiap waktu dapat diputar untuk didengar dan dilihat, misalnya, pidato-pidato bersejarah, lagu-lagu perjuangan atau lagu-lagu rakyat, film tentang peristiwa bersejarah atau film sejarah, film berita tentang kehidupan ekonomi, sosial, politik suatu masyarakat tertentu. Laboratorium IPS bukan gudang untuk menyimpan semua benda tersebut di atas. Seperti halnya dengan perpustakaan, laboratorium ini adalah salah satu sumber belajar bagi siswa dan oleh karena itu harus dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam perencanaan strategi dan proses pembelajaran IPS.

D. Strategi pembelajaran IPS
Pada dasarnya strategi pembelajaran dapat dibagi atas dua bagian besar:
1. untuk pengembangan berpikir (kognitif), dan
2. untuk pengembangan nilai (afektif)
Strategi pembelajaran merupakan kombinasi dari prosedur atau cara kerja khusus (seperti urutan-urutan pertanyaan yang dikembangkan dengan cermat), dikelompokkan dan diatur dalam suatu urutan yang jelas juga dapat digunakan dalam kelas untuk melaksanakan tujuan-tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran ini adalah cara kerja yang dapat melibatkan siswa dalam belajar.
Tujuan pendidikan IPS melibatkan strategi pengajaran/pembelajaran. Tujuan-tujuan ini menimbulkan beberapa pertanyaan penting:
1. Bagaimana guru dapat mengajar siswa, atau bagaimana siswa dapat belajar pengetahuan? (kognitif).
2. Bagaimana guru dapat mengajar siswa, atau bagaimana siswa belajar menggunakan proses inkuiri? (kognitif).
3. Bagaimana guru mengajar pengetahuan dan penggunaan proses inkuiri, atau bagaimana siswa belajar pengetahuan dan proses inkuiri, agar siswa dapat menginternalisasikan sikap-sikap behavioral (behavioral attitudes, misalnya mau mendengar atau menjawab pertanyaan) dan prosedural (procedural attitudes, misalnya lebih suka berpikir kritis daripada menerima atau percaya begitu saja pendapat orang lain) dan membenarkan sebuah nilai (value)?
Mengenai hubungan antara strategi pembelajaran dengan tujuan pendidikan dapat dilihat dalam garis continuum pengajaran seperti yang dicontohkan Edwin Fenton di bawah ini.


SUATU “CONTINUUUM” PENGAJARAN
(a teaching continuum)
Ceramah Diskusi terarah Diskoveri
(expository) (directed discussion) (discovery)

(semua menggunakan (pertanyaan-pertanyaan tanpa “cues”
“cues”= kunci/petunjuk) sebagai “cues”=kunci/petunjuk) =kunci/petunjuk)

Pada ujung kiri dari kutub “continuum” terdapat ceramah (expository). Guru sebagai pusat. Ia memberi ceramah tentang fakta, konsep atau generalisasi yang diharapkan untuk dipelajari dan dihapalkan oleh siswa. Proses berpikir dilakukan oleh guru, sedangkan siswa belajar proses berpikir (inkuiri) hanya jika mereka mampu mengalihkan (transfer) proses berpikir yang tersirat dalam ceramah guru ke dalam pekerjaan mereka. Guru menyiapkan semua “cues” (kunci/petunjuk) jawaban.
Jika guru pandai berbicara atau menarik minat siswa, metode ceramah ini tidak saja dapat meningkatkan pengetahuan siswa tetapi juga dapat membentuk sikap behavioral seperti keinginan mereka untuk mendengar, keinginan menjawab pertanyaan yang diajukan, atau membaca buku meskipun tidak diwajibkan. Masalahnya tidak semua guru mempunyai bakat semacam itu. Meskipun demikaian strategi ceramah dapat juag menyampaikan pengetahuan dan membentuk sikap behavioral tertentu pada siswa.
Sebaliknya, pada ujung kanan dari kutub “continuum”, terdapat model “discovery” (inkuiri). Dalam tipe ini, siswa sebagai pusat. Peranan guru hanya menyiapkan bagi siswa bahan stimulus dalam bentuk kata, gambar, atau suara untuk dipikirkan dengan bimbingan minimal dari guru. Interaksi kelas berlangsung antar siswa dengan siswa. Guru hanya kadang-kadang saja ikut campur, dan dalam diskusi pun guru tidak memimpin melainkan diserahkan kepada siswa-siswa. Guru tidak lagi berfungsi sebagai “gudang” pengetahuan, tetapi sebagai “wasit”. Guru tidak lagi memberikan semua “cues” tetapi hanya data tersirat. Proses belajar semacam ini lebih menekankan berpikir (proses berpikir) daripada menghapal atau mengingat-ingat data kembali. Pendapat ini dapat menstimulasi kreativitas siswa-siswa. Memang dalam bentuknyayang paling ekstrim, hanya siswa yang paling mampu dan matang saja yang dapat menggunakan pendekatan ini. Meskipun demikian strategi ini dapat lebih mengarah ke sasaran pendidikan (kognitif dan afektif). Diantaranya dapat membentuk sikap prosedural seperti sikap kritis, tidak menerima begitu saja otoritas orang lain melainkan mencoba mencari sendiri jawabannya.
Dalam garis “continuum” di tengah, terdapat “kombinasi” dari kedua kutub “continuum” yang disebut diskusi terarah (directed discussion). Dalam pelaksaannya, guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan (lihat klasifikasi pertanyaan dalam metode tanya –jawab di depan) untuk menstimulasi diskusi. Juga guru menyiapkan “cues” dan mengarahkan diskusi dengan pertanyaan yang diajukan. Di sini pelajaran berlangsung antara guru dan siswa (bukan dalam arti ceramah sepihak pada kutub “continuum” pertama), bukan pula antar siswa.
Seperti tipe kedua di atas, tipe ketiga ini pun dapat lebih mengarah kepada tiga tujuan pendidikan IPS di atas. Selain metode anya-jawab, metode main peran dapat pula menunjang tipe pembelajaran diskusi terarah.

Model Belajar IPS (Descovery dan Inkuiri)
Merupakan model yang menuntut penguasaan fakta-fakta dan generalisasi-generalisasi. Inkuiri memiliki dua tahap kegiatan: pertama merumuskan hipotesis (jawaban sementara) dan kedua proses pembuktian. Sehingga perlu diajarkan penggunaan konsep dan pertanyaan analitis sebagai kunci pendidikan IPS. Program IPS mengajarkan cara-cara (metode) bagaimana ahli ilmu sosial mengetes kebenaran, merubah atau menolak hipotesis.

E. Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran IPS
Tujuan, materi pelajaran, kegiatan belajar, strategi pembelajaran (bahkan sampai pada evaluasi) harus diorganisasikan sedemikian rupa untuk menggalakkan pembelajaran yang efektif. Untuk itu perlu perencanaan dan pelaksanaannya. Setiap langkah yang akan dilakukan oleh guru mengenai apa yang akan diajarkan ditentukan oleh tujuan yang dirumuskan sebelumnya.
Oleh sebab itu, perumusan tujuan merupakan langkah pertama yang harus dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengelola pembelajran IPS. Tujuan yang akan dicapai selama proses belajar mengajar berlangsung, dan apakah tujuan itu dapat tercapai atau tidak setelah proses pembelajaran selesai, hendaknya ditulis dan dirumuskan lebih dahulu oleh guru dalam Satpel (satuan pelajaran). Satpel yang baik memuat rumusan tujuan-tujuan itu yang menuntun guru dan siswa kearah proses pembelajaran yang tampak jelas dan terarah.
Sehubungan dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran ini ada tiga tujuan yang harus diperhatikan:
1. Tujuan jangka pendek, yaitu tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksaan beberapa jam pelajaran atau TIK (Tujuan Instruksional Khusus).
2. Tujuan jangka menengah, yaitu tujuan yang ingin dicapai selama pelaksanaan satu unit pelajaran.
3. Tujuan jangka panjang, yaitu tujuan yang ingin dicapai dalam masa satu semester atau satu tahun ajaran.
Umumnya guru hanya memperhatikan tujuan jangka pendek saja, sedangkan kedua tujuan lain kurang mendapat perhatian sebagaimana mestinya. Tujuan itu sebenarnya menjelaskan perubahan-perubahan yang dikehendaki dari siswa sebagai hasil proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru hendaknya memikirkan benar-benar perubahan apa yang diharapkan dari siswa dalam meningkatkan aspek kognitif (pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi) dan aspek afektif (mendengar, menjawab, menilai). Guru diminta untuk menuliskan dan merumuskan tujuan-tujuan itu secara jelas, lengkap, spesifik dan serealis mungkin.
Dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran ini beberapa hal di bawah ini perlu mendapat perhatian.
1. Materi pelajaran. Guru hendaknya menguasai bidang studi atau mata pelajaran IPS. Materi itu dalam Satpel disebar dalam Pokok Bahasan atau Sub-Pokok Bahasan kemudian dirumuskan dalam TIU (Tujuan Instruksional Umum). Setelah itu rincian meteri yang akan disampaikan.
2. Metode. Dinyatakan metode apa saja yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai.
3. Alat, sumber belajar dan media perlu diketahui dan disiapkan.
4. Pemanfaatan lingkungan sekolah. Sehubungan dengan butir 3 di atas, lingkungan sekolah perlu dimanfaatkan jika relevan dengan proses pembelajaran seperti kebun dan tamanan di sekolah, bangunan sekolah, jalan raya di sekitar sekolah, warung sekolah dan sebagainya.
5. Pemanfaatan ruang kelas. Sehubungan dengan hal-hak di atas juaga perlu diperhatikan penempatan papan tulis, meja guru, bangku-bangku, lemari, penggunaan dinding-dinding kelas untuk display hasil kerja siswa. Begitu juga penggunaan sudut dan serambi kelas untuk pameran hasil karya siswa, hasil penelitian atau hasil karya guru. Hal yang tidak kurang pentingnya adalah penyimpanan alat-alat pelajaran secara teratur, pemeliharaan dan pengawasan kebersihan, keindahan kelas, dan lingkungan sekolah.
6. Pemanfaatan lingkungan. Masih ada juga hubungannya dengan rencana ini perlu diperhitungkan manfaat menggunakan sumber yang tersedia dari lingkungan fisik sekolah atau masyarakat di sekitar desa (desa pertanian, atau desa nelayan). Flora dan fauna, batu-batuan dan alat transportasi desa dapat menjadi alat peraga pelajaran IPS.
7. Pemanfaatan waktu. Prinsip “semakin banyak waktu semakin banyak yang bisa dipelajari” perlu dipegang. Oleh karena itu, waktu yang “luang” tidak boleh dibiarkan tanpa terisi. Alokasi waktu perlu diatur sebaik-baiknya dalam jadual kegiatan.
8. Pemanfaatan perpustakaan dan laboratorium. Dalam rencana pelajaran perlu dinyatakan bila mana perpustakaan dan laboratorium IPS itu digunakan.
Demikianlah pokok-pokok yang perlu diperhatikan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran ini agar tujuan-tujuan pendidikan IPS dapat tercapai dengan efektif.



BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Media pembelajaran mempunyai kedudukan penting dalam proses berlangsungnya pembelajaran. Penyajian pembelajaran yang hanya menggunakan kata-kata (sajian verbal) tidak mungkin efektif. Akan lebih baik jika pembelajaran menggunakan sajian verbal dibantu dengan sarana lain. Pemilihan, pengembangan, dan penggunaan media sangat penting agar sesuai dengan materi yang diajar.
Selain media pembelajaran, hal yang penting adalah strategi pembelajaran yang mencakup metode-metode pengajaran, alat dan sumber belajar, perpustakaan dan laboratorium, perpustakaan dan laboratorium, strategi pembelajaran, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dalam pelajaran IPS.

B.SARAN
1. Guru hendaknya dapat memilih, mengembangkan, dan menggunakan media pembelajaran.
2. Guru harus menguasai strategi-strategi dalam pembelajaran IPS.
3. Dalam memilih metode pembelajaran guru harus memperhatikan karakteristik peserta didik

 

Blog Tricks

Powered By Blogger

Easy Blog Tricks

Powered By Blogger

Great Morning ©  Copyright by Jendela Dunia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks